Gerakan Sosial Kritis Berbasis Keluarga yang berupaya mendorong pemenuhan hak hidup bermartabat terutama hak atas pendidikan dan perlindungan anak
Sabtu, 05 Mei 2012
Cara-cara Sederhana untuk Membangun Partisipasi Publik, terutama Anak dalam Penerapan Sekolah/Madrasah Aman
Langkah-Langkah Rodshow GERA SHIAGA, model penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana Dimulai setelah melakukan Persiapan dan Koordinasi Dokumen yang disiapkan 1. ID Card 2. Profil Program GeraShiaga 3. Surat penguat dari Kesbanglinmas 4. Surat penguat dari Seknas SA Tim Roadshow setidaknya berjumlah 2 orang mendatangi sekolah-sekolah di satu wilayah Ketua Tim menjelaskan ttg GeraShiaga, Seknas SA Sekolah aman, kerlip, Perka Nomor 4 Tim berbagi tugas jika diijinkan untuk memasuki kelas oleh Pihak Sekolah Jika tidak diijinkan segera pamit dan mengunjungi sekolah berikutnya Kelompok 1 1. Latihan lagu dan gerak siaga gempa 2. Adopsi pohon yang ada di sekolah 3. Kembali ke kelas 4. Nonton Film Sekolah Aman Hak Anak Bangsa versi 2 menit 5. Pembuatan Ikrar Sekolah Aman Online jika dimungkinkan dan Offline selama Tim berembug dengan manajemen sekolah Kelompok 2 1. Pengumpulan data terkait Penggunaan DAK/program rehabilitasi melalui APBN dan dana BOS 2. Penilaian Penerapan GERASHIAGA di sekolah oleh Relawan dengan atau tanpa Manajemen Sekolah 3. Sekilas Bedah Perka dengan perwakilan anak, relawan dan manajemen sekolah Tim lengkap bertemu dengan manajemen sekolah, jika dimungkinkan bersama perwakilan anak perempuan dan anak laki-laki yang mengikuti latihan lagu dan gerak siaga gempa. Tim menyampaikan pentingnya pembuatan Rencana Aksi GERA SHIAGA 100 hari setelah kunjungan pertama serta penawaran untuk mengikutsertakan perwakilan anak kelas 3, dan 6 SD dalam lomba foto essay dan artikel selama Rencana Aksi Nyata tersebut dilaksanakan. Penyerahan kepada sekolah 1. Ketentuan Lomba FotoEssay dan Artikel 2. Fotokopi Perka no 4 tentang pedoman Penerapan Sekolah Aman dan Jamban BSJ 3. Formulir penerapan GERA SHIAGA dalam 5 ruang lingkup Sekolah Ramah Anak 4. pemberian bibit pohon Penerimaan 1. Ikrar Sekolah Aman Offline 2. Formulir Peserta Lomba FotoEssay dan Artikel 3. Dokumen pendukung profil Sekolah (foto dari data profil yang ditempel di dinding kantor) 4. Foto Sekolah Sebelum dan Saat rehabilitasi untuk SD penerima program rehabilitasi Contoh praktik langsung Pengalaman kami dengan murid-murid SD Pinggir Sari pada tanggal 11 April 2012 telah mengajari kami bahwa menerapkan sekolah aman dapat dilakukan dengan cara-cara yang mudah. Pertama, sekolah harus terletak di wilayah yang aman dari bencana. Jika itu sulit diterapkan, maka penghuni sekolah harus berteman dengan bencana. Caranya? Ada di langkah yang kedua: menggali pengetahuan tentang bencana yang pernah terjadi di tempat tinggal anak dan lokasi sekolah berada. Belajar bersama mengenai evakuasi ke tempat aman dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan seperti praktik langsung dan menyanyikan lagu "Kalau ada Gempa". Ketua murid kelas 5 yang kami masuki sangat antusias dengan kegiatan lagu dan gerak ini. Ia berjanji untuk mengumpulkan ketua murid dari kelas lain untuk bersama-sama menyanyikan lagu yang baru saja dikenalnya. Langkah ini juga dijadikan wahana belajar bersama untuk tindakan penyelamatan diri jika ada gempa. Buktiya setelah latihan beberapa kali, anak-anak sudah otomatis melaksanakan tahapan dalam lagu tersebut dalam barisan. Anak-anak juga mengajari kami untuk langkah ketiga, membangun struktur yang baik, dengan cara sederhana. Mereka menyampaikan tentang pentingnya "penguatan struktur bangunan" dan memilih istilah sendiri untuk menyebut penghubung antar balok kayu sebagai "sabuk pengaman". Anak-anak juga belajar dari mandor bangunantentang ketentuan penggunaan besi. Besi harus berdiameter 10 mm, dikumpulkan empat-empat dengan ring 8 mm yang berjarak 15 cm satu sama lain, dan memiliki pengait di tiap ujungnya. Ketentuan inilah yang dibutuhkan untuk menjamin keamanan bangunan dari rubuh langsung saat terjadi gempa agar warga sekolah termasuk anak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri jika terjadi gempa. Anak yang terlambat menyelamatkan diri bahkan menemukan langkah keempat: dia terlambat karena tersandung kursi dan bangku yang berantakan, maka jalur evakuasi harus lapang dan tanpa halangan. Teman-teman sekelasnya setuju untuk merapikan meja dan kursi dan mengatur jaraknya agar cukup lebar agar cukup untuk menyelamatkan diri. Ini adalah langkah keempat, yaitu memerhatikan tata ruang dan hal ini juga dapat dimanfaatkan untuk belajar bersama mengenai inklusi : jarak aman bagi pengguna kursi roda untuk melewati jalur evakuasi. Kelima, memastikan adanya sarana yang memadai. Anak-anak setuju menempatkan warna-warna rambu lalu lintas untuk menandai jalur aman, hati-hati, dan bahaya di jalur evakuasi. Mereka juga sepakat untuk menempatkan plang yang jelas serta memasang tanda bertuliskan "Titik Kumpul Aman" di Lapangan Upacara. Anak-anak ruapanya pernah belajar mengenai pentingnya CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), memisahkan toilet laki-laki dan perempuan, dan pengaruh ruang hijau dalam hidup sehari-hari maupun sebagai pencegah bencana seperti banjir. Mereka tertarik untuk mengadopsi pohon-pohon di sekitar lapangan sekolah sebagai adik mereka. Dengan anak-anak yang begitu antusias, peningkatan pengetahuan dan tindakan serta aksi nyata untuk kesiapsiagaan bencana yang kami pelajari dari anak-anak di SD penerima program dalam rehabilitasi sekolah dengan dana APBN ini menambah keyakinan kami bahwa penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana mudah untuk dilaksanakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar