Indahnya hari ini ... Cantiknya mentari pagi ... J
Kubuka mata dengan setengah sadar, rencana hari ini bersiap untuk belajar seperti biasa di kafe ilmu. Santai tapi cepat, lari sana-sini menyiapkan apa yang di bawa. Suatu kesempatan yang sayang di lewatkan, yaitu menghadiri seminar nasional tentang sekolah Ramah Lingkungan. Wah pastilah banyak ilmu yang akan di dapat nanti. Sebelum berangkat menuju jakarta, aku dan Niar bergegas menuju kafe Ilmu. Buru-buru kami di kejar waktu karena memang sudah telat kami pastinya. Dengan langkah yang tergesa kami menemukan sosok Ibu yang duduk santai dan terlihat anak-anak yang riang sedang menggambar. Wah siapa geranganny?Wah ada Ibu Yanti yang sudah datang lebih awal dari kami (memang demikian) beliau ini rajin sekali untuk meramaikan CFD(Car free day). Dan langsung saja kami menemui Inu untuk memohon maaf atas keterlambatan kami. Setelah bertemu Ibu lantas kami menghampiri mereka, dan diantaranya ada dua orang yang aku tak asing rupanya, ada Dul (Daul) dan Rivo (Riva) hehe wah senangnya bisa bertemu dengan ,mereka lagi setelah beberapa hari terakhir ketemu di SMP 11. Baru beberapa menit menyidik dua bocah cerdas ini, datanglah ka Dede yang membawakan sarapan pagi. Asyik , , nikmatNya memang tiada orang yang menduga. Luar biasa :p
Ibu Yanti mengutus kami untuk menjadi analisator dream board anak-anak SMP 11 ini berdasarkan INEE. Ada yang tahu INEE?Interagency Network for Education in Emergencies, atau trennya Standarstandar minimum untuk pendidikan : ‘kesiapsiagaan, respon dan pemulihan. Inilah sebagaian manfaat yang kami dapatkan dari kerlip, ini baru sebagian loh? Apalagi lebihnya... dan aku tidak akan melewatkan detik demi detik yang memukau bersama KERLIP :D
Kembali ke top news , sebelum kita mengulas apa INEE, nah pastilah kalian mengikuti ceritaku kan seputar dreamboard, anak-anak dari smp 11 memang di minta mengkreasikan tentang seperti apa harapan mereka untuk sekolah mereka, nahloo terbayang ga apa harapan kalian untuk sekolah kalian? Gini nih, kebetulan aku dan ega meun dapet kebagian tuh menganalisa dreamboard dul dan rivo, heran kami di buatnya awalnya 3 dreamboard mereka sodorkan ke kami . Ih woh “dalam benakku” iar aja udah dapet 2 anak yang di analisa, eh kita malah sama sekali. Dih separah inikah kami jadi analisator, atau kami belum paham tupoksi yang di berikan Ibu Yanti? Dan akupun memutar kepala untuk memahami arti dari dream board yang di buat kedua anak-anak cerdik ini. Sambil menunggui Ega yang sedari tadi membuka lembar demi lembar buku INEE dan tak kunjungi mendapatkan pencerahan, sejurus kemudian aku mendapat jawaban dari anak-anak cerdas ini.
Anak-anak ini mengemukakan sebuah jawaban yang membuatku ternganga, ih ‘harapan mereka adalah tidak ada diskriminasi antara anak yang bersekolah di desa maupun dikota’ hmm berat :O tapi fenomena demikian merupakan potret yang terjadi di negeri nan melimpah ini. Yah bayangkan sumberdaya yang seharusnya menjadi aset yang tiada dua ini tidak ada yang sadar akan keberadaanya. Tahukah kalian? “Jawabannya ialah anak-anak” bagi kita anak-anak merupan titipan ilahi yang memang sudah sepantasnya kita membesarkannya dan mendidiknya, tapi apakah kita(sebagai orangtua bahkan gurugurunya) sudah mengenalkan anak pada skill yang dimilikinya?wah sangat disayangkan ketika aku harus mengetahui bakatku pada saat sebesar sapi ini, tapi tidak menutup kemungkinan untukku berkarya mulai dari sekarang. Tidak ada kata terlambat itu prinsipkku, ya meskipun malu ketika harus dekat dengan rivo atau dul mungkin akulah yang paling jadul gambarannya. Ngiri deh sama mereka yang jago nggambar dan berorasi. Hiks
Ah kembali lagi, setelah di dekati Bu Yanti , ngeh juga akhirnya kita . anak-anak dan pemuda berpartisipasi aktif dalam, pengembangan, pemantuan dan evaluasi....INEE hal.28. Ya berkaitan dengan harapan mereka bahwa anak mendapatkan haknya seuai dengan apa yang seharusnya di perolehnya, gambar jembatan dan jalan cukup menggambarkan perbedaan antara anak di desa dan dikota. Semoga kedepannya tidak ada lagi anak yang menempuh perjalanan kekotanya melalui hutan rimba atau jalan yang tidak layak pakai. Apalagi yang di pedesaan yang berlubang itu membuat dada terelus, betapa tidak jika hujan bukannya membahayakan? Hmm flash back ke pengalaman aku sering jatuh karena lubang yang tidak kunjung di perbaiki.Maklumlah rumah di desa ,kesekolahpun harus menbempuh dengan sepeda, bersyukurlah aku yang memiliki sepeda? Bagaimana nasib teman-temanku di komunitas adat sana?
Anak-anak ini juga tidak ketinggalan memaparkan ketertinggalan anak-anak desa yang takkunjung mendapatkan fasilitas teknologi yang memenuhi. Seperti internet masuk desa, bukannnya seharusnya anak memperoleh hak yangs ama untuk mengenal dunia melalui dunia maya? Tapi di temukan lho.. dedeuh nyeri hati ini ketika fasilitas anak di desa belum memenuhi standar hidup mereka tapi sekarang justru betebaran sekolah bertaraf internasional. Ada lelucon bahwa SBI itu sekolah bayar iuran. Bgaimana mau maju justru ketiadaan perataan itulah yang akan merugikan pendidikan di Indonesia.
Dan kamipun selesai dengan satu gambar yang di analisa padahal iar dan ayu sudah menganalisa 2 gambar . hehe meskipun demikian akutetap senang bisa berdiskusi dengan dengan yang lain.
Seusai dari kafe ilmu kami lantas ke kanayakan, untuk segera di berangkatkan. Wah lama tidak?kjami tugasnya edit sana sini, Seukses untuk kesemuannya.
Aisyah aqilah (Devita Murni)
Gerakan Mahasiswa Bersatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar