Catatan yang tersimpan tanggal 5 Oktober 2011
Anak-anak SMKN 6 Bandung sedang berkumpul di lapangan menyimak briefing dari Wakil Kepala Sekolah ketika aku dan Zamzam turun dari motor.
"Ibu dari Indosat?" pertanyaan wakasek mengundang tepuk tangan anak-anak. Sambil menggelengkan kepala kuhampiri podium upacara tempa wakasek berdiri. Tepukan dan celoteh anak-anak makin riuh. Zamzam menemaniku sambil melambaikan tangan kepada kumpulan anak-anak laki-laki berseragam kaos merah. Anak-anak perempuan terlihat di duduk berkumpul pojok koridor yang lebih teduh.
"Kami dari KerLiP, Pak," aku menjawab pertanyaan Wakasek.
Beliau mempersilakan kami untuk menyampaikan beberapa hal mengenai pendampingan program pengolahan sampah dalam upaya mewujudkan lingkungan yang lebih aman dan sehat di daerah Citepus. "Kurnia mana ya? Ayo temani ibu untuk jelaskan program yang kita laksanakan di SMPN 11!" seruku. Wah, hampir semua anak laki-laki berebut unjuk tangan. Senangnya. "Kalian memang kurnia Ilahi buat keluarga, sekolah dan bangsa tercinta ya!" seruku menyambut anak-anak yang begitu antusias. Tim delapan yang dipilih SMKN 6 untuk mengikuti program pendampingan KerLiP maju ke depan. Satu per satu menjelaskan kegiatan pelatihan fotografi dan pengambilan foto di sekitar sungai Citepus yang sudah mereka lakukan bersama anak-anak dari SMAN 11 dan SMPN 11 kota Bandung.
Ketiga sekolah tersebut direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung dalam kordinasi multistakeholder yang dilaksanakan Dede, Rijaludin dan Fira di Kota Bandung.
Masih lekat dalam ingatan, betapa antusiasnya Kepala SMPN 11 dan Pak Miftah, Pak Popo dari SMKN 6 lalu menyusul dari SMAN 11 mengikuti sosialisasi program di ruang pertemuan Dinas Pendidikan kota Bandung bersama Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bandung dan Direktur SMile Indonesia, Risye Dwiyani. Perwakilan ketiga sekolah tersebut kemudian kami undang dalam workshop Penerapan Sekolah Aman dalam rehabilitasi sekolah melalui DAK Pendidikan 2011 yang dilaksanakan KerLiP bersama Seknas Sekolah Aman, BNPB, Kemdiknas dan Kempu di Hotel Centuri Jakarta pada tanggal 22 September 2011.
Pendampingan mikro di sekolah dan makro di Dinas Pendidikan lalu di Sekretariat Nasional Sekolah Aman yang bermitra dengan Kemdiknas, Kempu dan BNPB merupakan model kampanye dan advokasi khas yang dikembangkan KerLiP sejak tahun 2003. Tumbuhkembangnya kesadaran kritis anak-anak SD Hikmah Teladan, sekolah dampingan Tim Litbang KerLiP dalam kampanye dan advokasi Education for All seiring dengan upaya tumbuh bersama KerLiP dalam mengimplementasikan prinsip kepentingan terbaik anak. Peningkatan efektivitas partisipasi orangtua dan keluarga dalam mendorong komitmen para pemangku kepentingan untuk memberikan kondisi kerja yang kondusif bagi guru dalam mengembangkan model-model pendidikan ramah anak serta berpartisipasi dalam advokasi perlindungan guru melalui UU Guru dan Dosen. Advokasi korban Ujian Nasional untuk memperbaiki kualitas layanan prima pendidikan, penelusuran praktik-praktik baik dalam penyusunan Pedoman Kebijakan Pendidikan Ramah Anak serta Kampanye dan Advokasi Sekolah Aman yang terus menguat dengan respon cepat Kemdiknas, BNPB, Kempu atas upaya yang dilaksanakan Seknas Sekolah Aman yang kami bentuk bersama IA ITB, ITB 88, SKALA, Majelis Pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyyah dan masyarakat. Seluruhnya merupakan model-model pendekatan multikultural yang kami lakukan dengan harapan makin banyak pihak yang berkomitmen dalam menjalankan prinsip-prinsip hak anak dan hak atas pendidikan sebagai upaya untuk mendorong pemenuhan hak hidup bermartabat.
Pada tahun 2005 - 2008,peringatan hari Guru se-Dunia setiap tanggal 5 Oktober tak pernah terlewatkan. Sejak tahun 2010, kami bersepakat untuk mendorong jaminan keamanan, keselamatan dan kesehatan anak di sekolah melalui penerapan sekolah aman dalam hal penyediaan sarana prasarana pendidikan ramah anak. Upaya ini merupakan penguatan advokasi korban UN 2006 yang menitikberatkan pada advokasi perlindungan pekerja profesi guru, pengembangan budaya aman dalam sarana prasarana dan transparansi dana publik di bidang pendidikan sebagai model akses informasi yang merata. Alhamdulillah untuk advokasi perlindungan pekerja profesi guru sudah makin menguat dilaksanakan oleh banyak pihak terutama guru itu sendiri. Penerapan sekolah aman yang menjadi fokus gerakan keluarga peduli pendidikan sampai 2015 nanti ternyata terhubung dengan transparansi dana publik melelui kemitraan KerLiP dengan Asosiasi Orangtua Peduli pendidikan Indonesia, WALHI, Komisi 10 DPR RI, KID Jabar, dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyyah.
Besar harapan pendampingan pelembagaan aktivitas anak dalam upaya PRB di sekolah bermuara pada upaya peningkatan efektivitas partisipasi anak dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
Kekhasan pola advokasi KerLiP ini diharapkan dapat tumbuh bersama kesadaran kritis seluruh anggota KerLiP terutama yang bergabung dalam tim pendaping di DAS Citarum, penyelenggara Festival Budaya Aman dari Bencana, SMile Indonesia dan PPPAM.
Mari bersinergi untuk tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar