Sabtu, 12 Maret 2011
Seluruh kegiatan terfokus pada penyelamatan warga dan evakuasi korban.
Seluruh televisi menyiarkan laporan jumlah korban. Setiap saat ada
gempa susulan, juga diinformasikan lokasi dan besaran gempanya. Siang
sabtu dicoba survey kilat kondisi pertokoan dan juga perumahan di
sekitar penginapan. Harapannya dapat gambar bagus, bangunan retak,
pagar roboh atau jalan bengkok. Setelah 2 jam jalan, tidak ada hal
yang diharapkan. Kembali menonton televisi. Menarik adalah pembagian
air bersih, dilakukan tertib mengantri dengan sabar. Setiap keluarga
dapat 10lt. Tidak ada anak2 mengantri! Begitu pula ketika sebagian
jalur kereta api dan bis dibuka, semua mengantri mengular panjang,
sabar dan diam. Tidak ada alasan orang tua, wanita, atau anak2. Dalam
acara TV tidak dramatisasi, tidak ada isak tangis panjang atau dan
jeritan. Kadang dirasa sangat impersonal hanya mengirim gambar2.
Tetapi Jepang adalah negara simbolis, satu gambar bisa menjadi 1000
cerita. Sering banyak cerita tetapi tidak mampu menggambarkan apapun!
Pelajaran ke 7
#Dalam kondisi darurat, perlu dilatihkan bahwa semua dari kita adalah
korban, jadi tidak perlu meminta perhatian lebih dari yang lain
#Dalam kondisi darurat, perlu dilatihkan sabar dalam mengantri
sehingga bisa mengurangi rasa stress dan menghindarkan dari kekacauan
Membangun gedung tinggi tidak dilarang asal dipahami resikonya
Tahukah kita berapa tinggi tangga pemadam kebakaran kita
Membangun kawasan pantai, menghabiskan mangrove dan karang tidak bisa
dilarang asal diterima konsekuensinya
Memang tidak ada perbuatan tanpa resiko akan tetapi resiko terhitung
Sementara demikian pelajaran baru untuk seminggu……………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar