Sejak tanggal 5 Agustus, anak-anak sibuk dengan berbagai kegiatan bersama keluarga dan komunitas di Dago Elos. Kegiatan Nisfu Sya'ban (pertengahan Bulan Sya'ban) diisi dengan berbagai lomba dan i'tikaf di Masjid selama dua malam berturut-turut. Malam pertama diisi dengan membaca 3 kali Surat Yasin dipimpin Ustadz Hafidz Qur'an setelah shalat magrib dan shalat Sunnah. Malam itu, masjid penuh dengan anak-anak dan keluarga yang berhasil mereka ajak untuk mengikuti kegiatan tersebut. Ini dilombakan juga lho! Pemenangnya ditentukan oleh jumlah orang baru yang berhasil mereka ajak ke masjid di malam hari. "Hey, Siti mah baik ya, mau ke masjid koq!" suara Tyas terdengar ketika dia dan Endah berhasil meyakinkan SIti untuk 'kembali' ke Masjid. Sudah beberapa minggu ini Siti dan Nita mogok ke masjid karena merasa kurang nyaman dengan komentar tentang pakaian sehari-hari yang dikenakannya. Kebinekaan dalam berpakaian pasti akan menjadi topik diskusi yang menarik bersama keluarga dan komunitas. Darimana mulainya nanti kita bicarakan dengan anak-anak ya.
Aku bergegas mengajak Fitry untuk pergi ke masjid dengan membawa sekeler kue Boterjanhagel untuk 'potluck'. Ini adalah kue contoh terkahir yang disiapkan bersama anak-anak untuk menggalang dana persiapan peringatan HUT RI dan Pesantren Ekowisata.
Menarik menyaksikan hasil karya Fitry seharian membuat kue salju dan kaastengels. Bagi pemula ini sungguh luar biasa. Diperlukan ketekunan dan kesabaran untuk membuat kue-kue mungil tersebut. Dan Fitry berhasil melakukannya. Sendirian lagi! Wah..kita patut mengacungkan dua jempol untuknya. Apalagi hasil karyanya ini dipersembahkan untuk membuka kemungkinan penggalangan dana komunitas melalui penjualan kue.
Bagi teman-teman atau keluarga di kota Bandung yang berminat membeli kue-kue untuk lebaran silakan menghubungi Fitry di 022-2505116 atau sms ke 0818754722.
Kue-kue yang dipesan diambil sendiri ke sekretariat KerLiP di Dago ELos V no 423 Bandung (seberang Hotel Witron) setiap hari Sabtu dan Minggu.
Oh ya, Nita bersama teman-temannya menjadi inspirator kegiatan urunan untuk bermain dan belajar memasak, mengapresiasi seni dan budaya Jawa Barat di Taman Budaya, bermalam minggu bersama beratapkan langit bertabur bintang, dan jalan pagi ke tempat yang diminati. Kegiatan akhir pekan bersama Komunitas Belajar Mandiri di Pesantren KerLiP juga bisa diikuti oleh anak-anak dari dan yang berakhir pekan di Bandung.
Live in bersama komunitas belajar ini dikemas Ova dalam bentuk Pesantren Ekowisata. Brosur mungil dibuat dan dibagikan selama kegiatan puncak peringatan Hari Anak Nasional di Balaikota Bandung pada tanggal 6 Agustus.
Kegiatan rutin panitia peringatan HUT RI yang diinisiasi Gita dan pembuatan display untuk pameran bersama komunitas Semak, Samoja, Bahtera tetap dilaksanakan sambil beritikaf di masjid pada tanggal 5 Agustus malam. Aku sendiri menghabiskan malam di rumah bersama Icha. Anak-anak dan ibu-ibu mereka bersama-sama mengikuti Lomba Murottal. Pagi harinya, kami bersiap-siap pergi ke Balaikota.
Adalah Siti yang paling bersemangat menyiapkan surat dan daftar kebutuhan lomba ada HUT RI tanggal 17 Agustus nanti. Dia berusaha untuk menyelesaikan daftar kebutuhan dan sumbangan dalam format Microsoft Excel dibantu oleh Iyen dan Zamzam. Sebelum masuk sekolah siang hari tanggal 5 AGustus, Siti sudah mendapatkan tandatangan dan cap dari Pak RT. Dukungan pertama sudah diperolehnya. "Bu, sudah ada yang memesan kue untuk hari Jum'at!" seru Nita menghampiriku di dapur. Saat itu aku sedang menuntaskan pembuatan kue Boterjanhagel. "Siti berhasil meyakinkan Bu Mien untuk membeli kue kita lho!" Nita melanjutkan. Ah, Siti memang hebat. Bahkan sebelum berangkat sekolah pun menyempatkan untuk menggalang dana bersama Nita dan Iyen.
"Bu, Pak RT sudah menyiapkan surat edaran untuk penggalangan dana masyarakat!" Gita berkata sambi menunjukkan surat-surat dari Pak RT, kakeknya. "Katanya RT kita tidak akan melaksanakan lomba tapi meminta KerLiP untuk mengambil inisiatif," lanjut Gita. Duh anak ini! Gita bersemangat sekali untuk menyiapkan lomba-lomba yang disepakati bersama teman-temannya. Siang hari itu, Yudi juga berkali-kali memastikan untuk berkordinasi dengan Gita menyiapkan panggung dan band The Accord untuk memeriahkan peringatan HUT RI nanti.
Siang itu Zakky masuk les di EEP. Dia tidak mengikuti rangkaian kegiatan tanggal 5 AGustus.
"Pak RW siap ditemui jam 5 sore, Bu!" seru SIti masih dengan seragam SMP melekat di badannya. "Aduh dimana ya surat dan daftar yang sudah ditandatangani Pak RT tadi pagi?" tanya Siti sambil membuka tumpukan kertas diatas meja. Iyen, Gita, Nita, Endah, Tyas, membantu Siti mencari kertas-kertas yang diperlukannya.
"Ini dia!" Iyen berseru sambil menunjukkan kertas dari dalam buku WWP yang dibaca anak-anak tadi pagi. "Kalau rajin merapikan pasti ketemu deh," lanjutnya. "Oh, iya! Tadi aku lihat kertas itu diselipkan kedalam buku!" imbuh Gita. Siti pun bergegas ke rumah Pak RW diantar oleh anak-anak lainnya.
Malam itu aku masuk dalam jama'ah Nisfu Sya'ban di Masjid Ar Rohim. Hanya sampai menjelang Isya karena perutku terasa melilit kesakitan. Icha, Wita, dan Ami mengikutiku pulang ke rumah sambil tak lupa meminta Fitry untuk menyimpan delapan buah kue Boterjanhagel untuk mereka. Fitry kembali ke masjid untuk beritikaf setelah mengantarkan kue untuk adik-adiknya. Dini hari dia membangunkanku untuk tahajjud dan shalat Subuh berjamaah di masjid. Aku hanya memastikan Zakky ke masjid. Entah kenapa rasanya kurang nyaman untuk pergi ke masjid subuh itu. Sambil menunggu anak-anak berdatangan untuk jalan pagi bersama, aku kembali melakukan rutinitas mengelilingi Taman Budaya tiga kali dengan mengendarai sepeda Zakky.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar