Gerakan Sosial Kritis Berbasis Keluarga yang berupaya mendorong pemenuhan hak hidup bermartabat terutama hak atas pendidikan dan perlindungan anak
Minggu, 02 Agustus 2009
Aksi Para Juara
If they can do that, then by golly I can too". They do not make people into followers, but into new leaders.(Holt, John. Teach Your Own, P.68)
"Ibu, ibu, Adek sekarang sudah bisa membaca An-Naas!" seru Icha sambil berlari dengan mukena membungkus tubuhnya diiringi Ami dan Wita di belakangnya. Qul a'uudzu birobbinnaas. Malikinnaas. Mingsyarril was waasil khonnaas. Alladzii yuwaswisufii shuduu rinnaas. Minal jinnati wannaas. Suara ketiganya bersahut-sahutan membacakan An Naas dengan fasih berkali-kali. Kupeluk ketiga juaraku hari ini dengan hati terharu. Icha terus melantunkan ayat-ayat tersebut sambil terengah-engah berlari menuju toilet. Alhamdulillah. Akhirnya si kecil Icha mulai menikmati indahnya belajar menghafal ayat-ayat suci Al Qur'an. "Ayo, berhenti dulu bacanya kalau mau pipis!"seruku. Saking semangatnya sambil tak kuat menahan pipis Icha memintaku membantu membuka celananya. Suasana magrib yang kurindukan mulai menghiasi rumah. Meski masih sering diingatkan setiap magrib ketiganya selalu pergi mengaji bersama anak-anak Dago Elos lainnya.
Bagaimana dengan aksi para juara kita hari ini. Seru deh. Iyen, Dini, Nita, Zakky dan Rizky yang sedang bergelung dengan selimut diatas karpet bergetar menahan dingin saat kubangunkan menjelang subuh. Mereka tidur beratapkan langit penuh bintang setelah menikmati nasi liwet, dadar telur, ikan asin dan lezatnya sambal buatan Bu Rusi. Malam minggu ini kami menikmati makan bersama di pelataran parkir depan rumah setelah menonton Ajian Semar. Wina, Siti dan Eki pulang ke rumah dijemput Ibunda Siti.Winda dan Sandi sudah ditunggu Bu Popon dan Pak Doni, orangtua mereka saat kami tiba di warung Barokah. Mereka sudah pulang sebelum makanan siap disantap bersama. "Ngga seseru minggu lalu ya,"kata Nita kepada teman-temannya. "Ayo kita nyalakan lilinnya biar terang!" kata Nita lagi. "Ngga ada koreknya nih,"sahut yang lain. "Kita nyalakan dengan api dari kompor gas saja," saran Bu Popon. Anak-anak mengerumuni dua lilin yang dipasang Om Dedi diatas kayu. "Eh, lilin meleleh ini perubahan apa ya?" pancingku pada anak-anak. "Perubahan fisika, bu!" seru Dini (15). "Apa itu perubahan fisika?" tanya anak lainnya. "Memang ada perubahan yang lainnya?" terdengar suara yang lainnya menimpali. Kulihat Ova datang dari rumah membawa ember berisi potongan kertas bekas untuk bahan daur ulang. Entah siapa yang menjawab diskusi kita jadi terkait dengan perbedaan perubahan fisika dan kimia. "Perbedaannya terlihat dari sisi kembali ke asal atau tidak!" jelas Fitry. "Nah sekarang kita lihat Om Ova!"seruku. "Apakah perubahan kimia atau perubahan fisika jika kertas bekas didaur ulang?" tanyaku. "Perubahan fisika, Bu. Kertas bekas tersebut kan tetap jadi kertas. Hanya dalam bentuk yang baru," jawab Dini. "apa yang terjadi kalau potongan kertas ini dibakar ya?" tanya Ova sambil membakar sepotong kertas diatas lilin. "Menghitam seperti arang lalu jadi abu!"seru anak-anak. "Wah kalau kertas dibakar ngga bisa kembali jadi kertas ya,"seru Fitry. "Sebentar, bagaimana jika abu kertas ini ditambahkan kedalam bubur kertas, apakah dia kembali jadi kertas?" Fitry bertanya."Bubur kertasnya sih pasti jadi kertas lagi, tap[i abunya tetap jadi abu yang tercampur dalam bubur kertas ini. "Siapa yang mau melanjutkan dengan CACT tentang perubahan fisika dan kimia?" tanyaku. Belum ada tanggapan. "Bagaimana Nita dan Tyas, sudah paham tentang perubahan fisika dan kimia?" tanyaku lagi. "Belum jelas Bu!" seru Tyas. "Iyen bantu menjelaskan ke Tyas dan Nita ya?" pintaku kewpada Yeni (15). Kudengar Iyen menjelaskan saat nasi liwet dihidangkan diatas kertas bungkus nasi oleh Om Dedi dan Bu Rusi. "Dengan proses daur ulang in, bisakah kita membuat kertas bungkus nasi?" tanya Tyas. "Kayaknya sulit dech!"seru Zakky sambil mendekati hidangan. "Ayo makan!"seru Bu Rusi. Kami pun menikmati lezatnya hidangan malam ini. Seperti malam minggu yang lalu, hidangan ini pun hasil urunan Rp 3.000 ditambah secangkir beras. Nita, Wina, Iyen, Siti menggoreng dadar telur ditemani Bu Rusi. Kali ini hidangan disiapkan di warung Barokah.
Lagu berbahasa Malaysia, Inggris, Indonesia dan Sunda meramaikan malam itu. Kami bergantian bernyanyi setelah makan bersama. Iyen yang diantar Om Dedi mengantarkan nasi liwet ke rumah Siti pun bergabung bersama.
Dingin dan kantuk menahanku, Nita, Iyen, Dini dan Rizky pergi ke masjid. Ba'da sholat subuh mereka kembali bergelung diatas karpet. Zakky kembali bergabung sepulangnya dari masjid. Pukul 5.30 kami berjalan kaki menyusuri jalan Dago menuju GASIBU. Ternyata capek juga ya. Rizky berkali-kali meminta berhenti untuk istirahat. AKu mengajak Rizky, Iyen, Nita dan Zakky mampir di ATM BCA. Rencananya sih mereka akan kuajak untuk menggunakan mesin Setoran Tunai BCA. Sayangnya alat tersebut tidak bisa digunakan. Kami pun kembali berjalan menyusuri jalan Teuku Umar ke arah Monumen Perjuangan Rakyat.
Ceritanya dilanjutkan nanti ya..Para Juara sudah menunggu untuk jalan pagi keliling Taman Budaya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar