Beberapa hari ini Bandung terus-menerus diguyur hujan. Saya pun terkena imbasnya. Saya yang kebetulan dalam beberapa hari ini dibonceng Zamzam berkeliling Bandung, mesti basah-kuyup didera hujan yang acapkali turun sangat deras. Termasuk hari ini ketika saya akan mendampingi warga belajar di daerah Sekepicung, Dago, Bandung. Saya dan Zamzam mesti menembus hujan yang mencegat perjalanan kami sepulangnya dari rumah Nurafiatin, salah seorang teman kami.
Sesampainya di rumah belajar Bina Bhakti Persada sekira pukul 14.55 WIB, baru Adi dan Aep, dua orang warga belajar baru, yang telah datang. Untuk beberapa saat saya menunggu datangnya beberapa warga belajar yang lain. Sedangkan Zamzam tidak bisa mengikuti pendampingan hari ini karena ia mesti bertemu dengan beberapa teman pendamping Rutan untuk membicarakan beberapa hal.
Berturut-turut Elis, Hardi dan Aisyah tiba. Kami mulai kegiatan dengan salam dan sedikit review. Tak lupa kami memberi kesempatan kepada Adi dan Aep yang baru mengikuti pendampingan, untuk memperkenalkan diri.
Saya dan Ova memandu warga belajar untuk membuat jadual belajar mandiri dengan terlebih dahulu mengenali kebutuhan belajar masing-masing warga belajar. Sepertinya, fenomena pendidikan kita yang tidak memerdekakan telah banyak membuat kita tidak mandiri dan kebingungan memetakan kebuthan kita sendiri. Hal ini pun terjadi pada warga belajar dampingan kami, ketika mereka diminta untuk memetakan kebutuhan belajar sendiri dihubungkan dengan target yang telah dibuat oleh mereka masing-masing, masih saja mereka tampak kebingungan. Kami pun membimbing mereka meski dengan sedikit membatasi diri karena seringkali bimbingan yang kita berikan membuat warga belajar kurang inisiatif dan mandiri.
Sebenarnya warga belajar yang memetakan kebutuhan dan jadual belajar hanya Aisyah dan Elis. Sedangkan Hardi karena telah cukup lama tidak hadir, maka ia memulai dari menentukan target setahun ke depan bersama Adi dan Aep yang baru pertama kali ini hadir. Mereka bertiga merumuskan target setahun ke depan dengan tahap-tahap pencapaiannya.
Sempat ada celetukan pertanyaan dari Adi,”Sebenarnya sekarang ini kita sedang belajar IPA atau IPS, Kang?” Dengan sedikit tersenyum, kami menjelaskan maksud materi ini kepadanya. Pertanyaan seperti itu acapkali muncul dalam pendampingan di sini, karena sebagian besar warga belajar yang hadir mengikuti pendampingan bertujuan agar mereka dapat mengikuti ujian persamaan Paket B atau Paket C dan meraih ijazah. Padahal, pendampingan kami ini mencoba menyentuh banyak hal, terutama menumbuhkan semangat dan sikap ke arah pembelajaran mandiri.
Akhirnya, Elis dan Aisyah dapat memetakan kebutuhan belajar mereka masing-masing. Hardi, Adi dan Aep pun mulai mencoba merumuskan target setahun ke depan dengan tahap-tahap pencapaiannya. Saya akui, proses ke arah pembelajaran mandiri ini memang tampak tersendat-sendat tapi kami terus berusaha memandu setiap warga belajar membangun suatu kondisi belajar yang mungkin sama sekali berbeda dengan pemahaman dan pengalaman mereka selama ini. Wallahu a’lam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar