Kamis, 08 Januari 2009

SENYUM KECIL DI KEBON WARU

(coretanku dari pendampingan anak di Rutan Kebon Waru, 27 November 2008)

Pagi itu aku bangun cepat meski tidak bersegera untuk mandi yang aku
akui sebagai `penyakit' kemalasanku. Dari semalam aku agak kurang
tenang karena belum bisa menyiapkan senar gitar yang telah dipesan
teman-teman di kelompok musik. Sebenarnya aku telah mencari senar itu
di sekitar Buah Batu, sayang aku tidak menemukannya.
Sekedar mengumpulkan semangat untuk mandi pagi, aku nyalakan komputer,
televisi dan ku bolak-balik lagi Satuan Acara Pemebelajaran (SAP)
kelompok kriya yang telah aku susun. Dengan agak malas, akhirnya aku
memaksakan diri untuk mandi pagi. Huh…. dingin…
Setelah mandi dan ganti baju, aku tepekur di depan televisi sambil
menunggu Ben yang akan memberi uang transport bagi para pendamping
rutan. Beberapa menit berselang, Ben pun datang. Meski uang transport
sudah aku terima, aku belum beranjak dari sofa di `base camp'
Kalyanamandira, aku masih menunggu kabar dari Yulia yang akan membawa
beberapa peralatan keterampilan. Kebetulan hari ini aku dan
teman-teman di kelompok Kriya berencana untuk membuat kue bola-bola
cokelat, dan Yulia bersedia membawa sebagian besar peralatannya.
Akhirnya, Yulia sms, katanya ia menungguku di pertigaan jalan
Martanegara – Turangga. Sayang, Yulia tidak cukup sabar menungguku,
karena ia harus menge-print beberapa form kehadiran anak, sehingga pas
aku sampai di pertigaan Martanegara – Turangga ia sudah pergi. Aku sms
Yulia. Ternyata ia sedang berada di sebuah warnet di jalan Gatot
Subroto. Aku menyusulnya. Yulia sudah selesai menge-print dan sedang
mencegat angkutan kota. Kami pun berangkat bersama. Hmm… aku jadi ibu
ni, pake bawa baskom dan sendok segala…
Sesampainya aku dan Yulia di halaman Rutan Kebon Waru, ternyata baru
Ira, Rerra dan Wilda yang datang. Beberapa menit kemudian
berturut-turut Anita, Mayene, Ilah, Tya, Firman, Tasya, Zamzam, Oka
dan Dheka. Hari itu pun kami ditemani Bang Togar dari Lembaga Advokasi
Hak Anak (LAHA) dan Rahmi seorang teman baru dari Unisba. Sebelum
masuk ke Rutan, kami melakukan diskusi kecil untuk mempersiapkan
pendampingan. Masalah yang sedikit rumit dibicarakan adalah mekanisme
`minilab', yang pada seminggu sebelum melakukan `blunder' dengan
menyebarkan Daftar Riwayat Hidup (DRH) yang telah banyak menyita waktu
dan konsentrasi anak-anak. Sebenarnya, hal itu bekan sepenuhnya
kesalahan teman-teman di minilab, aku dan beberapa teman yang telah
cukup lama mendampingi telah `teledor' terhadap proses pendampingan
kamis 20 November yang lalu. Sebenarnya, aku telah sangat bangga
dengan cara kerja pendampingan rutan sekarang yang lebih taktis dan
rapih. Lah, keren kan tim gw hehe….
Jarum jam menunjuk pada angka 09.50, kami mulai mendekati pintu masuk
rutan. Setelah semua mobil pengangkut tahanan keluar membawa para
tahanan ke pengadilan, kami masuk rutan satu-persatu. Dengan stempel
di tangan kanan, kami menuju aula rutan tempat kegiatan biasa
diadakan. Kami tak langsung bertemu dengan anak-anak rutan, mereka
harus dipanggil dulu di sel-selnya. Datanglah sekitar 50 orang anak di
ruangan itu. Mereka datang dengan senyum hampa buah tekanan yang
mereka dapatkan di dalam tahanan. Acara mulai dibuka oleh Mayene,
diteruskan dengan game yang dibawakan oleh Wilda dan Rerra. Meski
gamenya menurutku tidak terlalu rame, anak-anak mulai tersenyum lepas.
Mungkin sebenarnya mereka bahagia karena melihat bidadari cantik,
Rerra. Gombal colongan yeuh....
Pembukaan pun berlangsung hampir 25 menit. Selanjutnya, anak-anak
masuk ke kelompok minat, yaitu kelompok kriya, kelompok musik dan
kelompok sastra. Kecuali 8 orang anak yang baru masuk, mereka
didampingi oleh teman-teman minilab, yaitu, Anita dan Mayene. Aku,
Ira, Tya dan Tasya mendampingi kelompok Kriya. Dheka dan Wilda
mendampingi kelompok Sastra. Oka, Zamzam, Yulia dan Firman bersama
kelompok Musik. Adapun Rerra dan Ilah, lebih menjadi sweeper bagi anak
yang di luar kelompok. Ruangan pun mulai riuh dengan gelak tawa dan
sahutan. Rame euy...
Di kelompok musik, aku mulai menjelaskan tata cara pembuatan kue bola
coklat. Anak-anak tampak antusias, terlebih ketika mereka mengetahui
bahwa kue-kue itu nantinya dapat mereka makan. Anak-anak dibagi ke
dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok dilengkapi peralatan 1 buah
baskom, 2 sendok makan dan beberapa plastik sebagai sarung tangan,
serta bahan-bahan yang terdiri dari biskuit, susu kental, air mineral
dan meses. Mulailah kelompok-kelompok itu membuat kue bersama-sama.
Sambil becanda mereka membubukkan biskuit dengan tangan-tangan mereka
yang dibungkus plastik. Kemudian biskuit itu dicampur susu kental dan
sedikit air. Mulailah mereka membuat bola-bola kecil. Lalu bola-bola
kecil itu dibubuhi meses warna-warni. Akhirnya, kue-keu bola coklat
telah selesai dibuat. Selanjutnya, anak-anak menuliskan runutan
pembuatan dan bahan-bahan yang digunaka di selembar kertas. Setelah
semua kelompok menyelesaikan proses pembuatan kue dan menuliskan
rangkaiannya, mulailah satu-persatu salah seorang wakil kelompok
menjelaskan proses pembuatan kue dan menyebutkan bahan-bahan yang
digunakan. Kegiatan presentase ini, tak jarang diselingi sahutan dan
candaan dari anak-anak yang lain. Sebelum anak-anak menikmati kue
buatan mereka, aku dan Ira memberi sedikit refleksi kegiatan pembuatan
kue tersebut. Akhirnya, anak-anak mulai gaduh saling berebutan dan
memakan kue-kue buatan mereka. Dasar barudak...
Keriuhan juga terjadi di kelompok Musik. Kelompok Musik mulai
bereksperimen dengan alat-alat seadanya seperti, botol dan galon. Di
antara anak-anak Musik pun ada yang mencoba menciptakan lagu. Di
kelompok Sastra cenderung lebih senyap. Tapi bukan berarti mereka
tanpa kegiatan. Mereka sedang membuat tulisan, baik prosa ataupun puisi.
Ternyata, puncak keriuhan hari itu ada di akhir kegiatan. Kami para
pendamping telah merencanakan sebuah kejutan kecil bagi seorang anak
yang tepat hari itu berulang tahun. Indra nama anak itu, adalah anak
yang akan menerima kejutan-kejutan kecil dari kami dan teman-temannya
di Kebon Waru. Pertama-tama ia dikejutkan dengan lagu 'Selamat Ulang
Tahun' yang dinyanyikan oleh anak-anak Musik. Kemudian ada sebuah
puisi dari anak-anak Sastra dan sebuah hadiah kecil yang diberikan
Tasya kepadanya. Kami semua bergembira. Dan emosi menggelegak dari
Mayene yang menjadi MC kegiatan kami hari itu. Ia sampai terharu dan
mengeluarkan air mata. Benar-benar kebahagiaan kecil yang sangat sulit
anak-anak dapatkan ketika mereka berada dalam tahanan.
Mungkin aku tak cukup pandai menceritakan keceriaan ini kepada para
pembaca. Seperti tidak pandainya kita memahami anak-anak itu yang
tidak sepantasnya mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang-orang
dewasa.

by izoel

Tidak ada komentar:

Page Rank Check,
HTML Web Counter