Semalam, 10 November 2008, kami bertemu teman dari Medan Plus dan Rumah Cemara.
Keduanya LSM yang bergerak di bidang pendampingan para penderita HIV/AIDS. Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan Lovely sebelumnya di Pertemuan Nasional Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus yang diselenggarakan oleh KPAI di Cipayung, Bogor dua minggu lalu. Diskusi dilangsungkan di malam hari, di sela kesibukan Tonton dan Irwan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh BNN tapi tidak mengurangi keasyikan kami berbicara.
Tonton (teman dari Medan Plus) mendengar tentang kegiatan kami di KerLiP dan melihat ternyata memang ada kendala dalam hal pendidikan bagi anak ODHA dan ODHA anak ini. Sebagian besar diakibatkan oleh kondisi kesehatan mereka yang ternyata melumpuhkan hampir semua segi kehidupannya. Utamanya segi ekonomi. Orangtua mereka atau juga kerabatnya mencurahkan segala perhatian dan usaha demi memulihkan atau menjaga kesehatan si pasien, apakah itu si anak sendiri atau orangtua mereka. Akibatnya, sering kali segi pendidikan ini terabaikan.
Semula hal ini tidak disadarinya, tapi kemudian setelah menelaah lebih lanjut, ternyata potensi masalah itu sudah ada. Utamanya karena kebijakan kasus tertutup yang membuat sulit bagi orangtua meminta dispensasi baik dalam segi pelajaran maupun keuangan. Irwan dari Rumah Cemara Bandung juga sudah mulai melihat masalah ini tapi karena kebanyakaan binaannya masih ibu-ibu muda dengan anak di usia Play Group, dia melihat adanya kebutuhan daycare atau tempat penitipan anak yang aman dan mau menerima para anak ODHA dan ODHA anak ini. Jadi mengingat kantor mereka yang cukup luas di Geger Kalong Girang, mereka berniat membuat penitipan anak bagi ibu-ibu muda ini. Bagaimana pun demi memuhi kebutuhan ekonomi dan menjaga keberdayaannya, para ibu muda dan sebagian janda ini harus terus bekerja. Masalah timbul bila mereka sudah memiliki anak, karena tidak adanya penitipan yang sanggup mereka bayar, aman dan lebih penting lagi mau menerima mereka.
Menarik mendengar cerita Tonton tentang usaha mereka untuk memberdayakan para penderita ODHA atau pun orangtua penderita ODHA ini. Usaha mereka itu selalu terbentur oleh masalah kesehatan. Sering kali usai diberi modal, usaha mereka tutup akibat kondisi kesehatan yang drop. Tonton juga menceritakan keinginannya untuk membuat komunitas HS ini gratis bagi mereka. Saat saya katakana akan lebih baik jika para orangtua ini memberikan kontribusi meski seribu perak demi menjaga kemartabatan dan kebanggaannya, mengingat HS ini berbasis Komunitas. Tonton menyebutkan bahwa para penderita HIV/AIDS ini sudah begitu kesulitan dalam menghadapi kehidupannya sehingga tidak nyaman rasanya apabila kembali harus dibebani tapi dia setuju ide pemberdayaan ini sangat menarik. Selama ini rupanya mereka bergantung penuh pada bantuan dari lembaga yang dipimpin Tonton. Melihat kondisi tersebut akhirnya Tonton bekerja dengan prinsip selama saya bisa menjaring ikan yang banyak, maka ikan itu akan saya bagikan. Itu dijalankan sembari berusaha mencari para pemancing-pemancing lain di kalangan penderita ODHA ini dan terus menyebarkan prinsip barang siapa memiliki ikan lebih, maka hendaklah dia membantu orang di sekitarnya. Sungguh prinsip hidup luar biasa….
KerLiP sendiri sangat peduli dengan tantangan pendidikan di komunitas ini dan menawarkan kerja sama berupa penelitian metode pendidikan yang ramah anak. Dengan mengedepankan CACT (Cara Asyik Cari Tahu) yang tentu saja dimodifikasi sesuai kebutuhan komunitas. Pada Tonton yang bermarkas di Medan, kami menawarkan untuk bekerja sama membuat SAnDi KerLiP sehingga dana yang didapat dari penyelenggaraannya bisa digunakan untuk subsidi komunitas rumahkerlip yang merupakan komunitas gratis bagi mereka yang termarjinalkan. Nantinya diharapkan kedua kelompok ini bisa menyatu dan mewujudkan kesadaran akan pentingnya menginklusikan para anak ODHA dan ODHA anak ini ke dalam kehidupan kita. Tapi tentu, diperlukan edukasi dan penyiapan lebih dulu agar kedua kelompok anak ini tetap terjaga hak-haknya. KerLiP juga menyebutkan bahwa di setiap kegiatan awal pembentukan, sangat penting untuk melakukan pendekatan dan pengedukasian orangtua tentang hak anak. Ini penting dilakukan agar bisa terjalin komunikasi yang saling menghargai antara anak dan orangtua. Komunikasi ini menjadi syarat penting bagi mereka yang hendak melakukan homeschooling dan ini juga yang membuat metode ini menjadi lebih menarik dan efektif. Keterlibatan orangtua bukan pada pengajaran atau fisik (yang mana itu tidak mungkin dilakukan oleh para orangtua di kelompok Tonton dan Irwan) tapi lebih pada pemahamannya bahwa anak tengah berkembang dan menuju pada kebaikan, bahwa anak perlu diperhatikan dan sesekali diingatkan dalam pembuatan jadwal harian dan jurnal harian mereka, dua hal yang dirancang KerLiP sebagai bentuk konsolidasi kemandirian belajar anak.
Pada Irwan di Bandung, kami menyarankan untuk memperluas cakupan dari sekedar daycare tapi juga sebuah lembaga pendidikan non formal. Diharapkan dengan terbentuknya entity ini, para anak ODHA dan ODHA anak yang masih bersembunyi bisa keluar dan bergabung. Kami juga bermimpi untuk pada akhirnya menemukan bentuk pendidikan yang ramah anak ODHA dan ODHA anak, baik dari segi metode pembelajaran maupun lingkungan dan waktu belajar. KerLiP juga diajak Irwan bertemu dengan kelompok ibu yang mereka bina. Tentu kesempatan ini sangat disambut baik oleh KerLiP. Bagi kami, apabila ada anak yang teraniaya pemenuhan hak atas pendidikannya, maka di situlah ruang kerja kami.
Ditegaskan bahwa KerLiP sebagai sebuah lembaga mandiri (tanpa pendanaan program dari pihak luar, kecuali kerjasama per kegiatan dengan pihak-pihak terkait) tidak pernah menjanjikan bantuan dalam bentuk pendanaan. Kami sendiri lebih memfokuskan diri para penelitian metode pembelajaraan yang pada akhirnya akan kami jadikan open source bagi siapa saja yang ingin menggunakannya.
Hari ini, tanggal 11 November 2008, kami dijadwalkan bertemu dengan teman-teman penggerak sekolah rumahsakit bagi anak kanker di Dharmais. Nantikan laporannya malam ini ya…
Terus dukung kami..
Lovely KerLiP dan Mutia KerLiP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar