Rabu, 13 Agustus 2008
Alhamdulillah masih ada Deby, satu-satunya anak kelas VII yang berhasil membuat puisi yang berhubungan dengan topik sistem peredaran darah. Teman-temannya menyebutkan bingung dengan berbagai alasan berikuit : susah, belum dicari, tidak tahu/mengerti, malas, dan keder.Anak-anak menyimpulkan belajar membuat pantun yang termudah dibanding puisi, karangan, drama dan kalimat yang benar. Mereka membuktikannya! Dalam waktu 10 menit beragama pantun jenaka berhasil mereka buat. Hanya ada 2 anak yang agak enggan karena merasa sulit mendapatkan inspirasi. Namun setelah dipandu untuk mengekspresikan perasaan sebagai isinya, keduanya berhasil membuat pantun.
Sambil mendengar satu per satu membacakan pantun di bangkunya masing-masing, kucari materi pantun dari buku sekolah elektronik untuk memandu anak-anak Cari Tahu tentang pantun. Mereka menyimpulkan sendiri bahwa, pantun sekurang-kurangnya terdiri dari dua kalimat yang tidak perlu saling berhubungan. Kalimat pertama disebut sampiran dan kalimat kedua merupakan isi. Anak-anak penasaran dengan perbedaan antara kata dengan kalimat. Kata-kata yang mereka tulis di papan tulis menjadi bahan kajian untuk membedakan kata dan kalimat. Anak-anak berhasil menyimpulkan bahwa kata adalah rangkaian huruf yang bermakna sedangkan kalimat adalah rangkaian kata yang mengandung makna. "Wah, kalau gitu kalimat lebih banyak hurufnya dari kata ya!" ujar salah satu dari mereka.
Anak-anak mulai keluar masuk melihat teman-teman mereka sudah berkumpul di lapangan untuk memulai lomba. Setelah dicek ternyata anak kelas IX sedang bersiap-siap olah raga. Karena lomba belum dimulai kuajak mereka masuk kembali dan melakukan permainan kelompok. Anak-anak saling bergandengan tangan membentuk lingkaran dan diminta membalikkan badan tanpa melepaskan pegangan tangan mereka. Kelompok laki-laki berhasil melakukannya dengan petunjuk Revda, tapi tanpa diduga mereka membalikkan badan kembali dan Revda jatuh terhuyung-huyung. Sambil duduk melingkar di lantai kuminta Revda menceritakan senangnya bisa memandu teman-teman. Ketika ditanyakan mengapa sampai terjatuh, Lutfi menyatakan bahwa penyebabnya karena Revda tidak mendengar aba-aba darinya. Kesempatan emas bagiku untuk membangun solidaritas dan kekompakan kelas VII.
Anak-anak sepakat memilih Revda dan Novi untuk menemani Deby menjadi dewan redaksi yang memberi aba-aba saat penyusunan majalah dinding kelas mereka pada hari Jum'at yang akan datang.
Sayangnya, hal yang sebaliknya terjadi pada kelas IX. mereka terlalu lelah melanjutkan pembelajaran setelah olah raga. Rizki, Arief, Vinda, Desy dan Nuraita yang secara sukarela menjadi dewan redaksi tidak berhasil memenuhi tugas yang diberikan oleh teman-temannya. Rizki tampil ke depan untuk menyelamatkan rencana pembuatan mading. Disepakati ada 4 rubrik mading dwimingguan kelas IX diasuh secara bergiliran. Kita tunggu hasilnya mulai Jumat.
Kelas VIII hanya menyisakan anak-anak perempuan karena anak-anak laki-laki mengikuti lomba futsal. kelima anak perempuan kelas VIII ditambah beberapa anak perempuan kelas IX satu per satu curhat tentang perlakuan yang dirasakan mengganggu bahkan mengindikasikan kekerasan terhadap beberapa anak yang terjadi di sekolah. Momentum yang tepat untuk mulai menyosialisasikan UU Perlindungan hak anak kepada mereka.
Anak-anak perempuan sangat antusias untuk menyusun narasi perjalanan masing-masing saat wisata ke Taman Mini. Mereka berjanji untuk menyerahkan narasi ini pada hari Jum'at.
ALhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar