Rabu, 27 Agustus 2008
Hari ini, Zakky dan Icha kembali ikut masuk di kelas
Icha duduk di bangku depan diantara dua anak saat aku masuk ke kelas VII. Zakky masih terlihat menjaga jarak dan memilih duduk di bangku belakang. Seperti biasanya, Zakky menjadi notulen kegiatan belajar.
Beberapa anak yang membawa perlengkapan untuk membuat mading berkumpul di depan kelas. Sisanya menyusun cerita berantai bersamaku. Sebelum dimulai anak-anak sepakat menyusun rubrik karya pantun, puisi, drama, cerita, gambar, dan wawancara tebntang SMP Bhakti Nusantara. Awalnya mereka masih memilih berita dari koran bekas dan menempelkan salah satu berita tentang resensi film di pojok kiri bawah kertas kalender yang menjadi media mading. Setelah diingatkan kembali untuk memilih karya-karya terbaik sesuai dengan pembagian tugas sebelumnya, anak-anak mulai asyik menggunting. Aku menggunting huruf-huruf terpilih dari koran bekas untuk judul karya mandiri. Revda menuliskan judul mading yang disepakati, Novia mendampingi Bahatiar dan Reza mewawancarai kepala sekolah untuk rubrik sekolah kami. Hasna dan Chandra sibuk membuat pantun baru, Monik menuliskan kembali dialog yang menjadi bahan drama yang sudah diperankannya bersama Hasna pada pertemuan sebelumnya, Rahma menuliskan ceritanya. Bahtiar, Reza, Lutfi, Ervan, Chandra, dan Agung baru saja menyelesaikan cerita berantai. Menarik sekali mendengar Chandra berulang-ulang menyambung cerita teman-temannya setelah berkali-kali menyatakan tidak bisa mengarang. Lebih menarik lagi melihat tim kecil ini berhasil menyusun ceritan yang diberi judul mandiri oleh Lutfi. Notulen cerita berantai disusun oleh Zakky sedangkan Lutfi menceritakannya kembali dengan bahasanya. Kedua cerita tersebut ditempel di mading bersama karya mandiri lainnya. Faris, Ervan, Bunga, Novia dkk menggunting huruf-huruf dari koran dan menempelkan nama mereka di mading tersebut. Revda menghiasi mading dengan gambar. Dengan bangga anak-anak menempelkan mading mereka di dinding sebelah kiri papan tulis. Mereka berjanji untuk memperbaharui mading tersebut setiap bulan. Semoga!
Tidak lama kemudian bel berbunyi. Aku masuk ke kelas IX. Beberapa anak yang biasa menunggu diluar kelas, satu-per satu masuk dan mengeluarkan LKS masing-masing. Rizki bersedia membagikan buku tulis teman-temannya. Aku minta maaf karena tidak memeriksa hasil belajar anak-anak pada hari Senin yang lalu. Kuminta mereka untuk melanjutkan menulis cerpen bebas yang mengikat makna hidup masing-masing. Rizki mengajukan usul untuk mengerjakan LKS. Kutawarkan pada anak-anak untuk memilih LKS atau membuat cerpen. Hanya ada 3 anak yang mau menulis cerpen, sisanya ingin mengerjakan LKS halaman 17-18. Akhirnya mereka sepakat untuk menulis cerpen di rumah sebanyak 750 kata dan menyelesaikan LKS. Kutinggalkan kelas sebentar untuk menenangkan diri di kantor. Bagaimanapun sulit bagiku menerima kenyataan bahwa anak-anak lebih senang mengerjakan soal. Tapi aku harus belajar untuk mengakomodasi keinginan anak-anak sambil melihat kemungkinan untuk menemani mereka belajar lebih konstruktif.
Ketika kembali ke kelas, beberapa anak terlihat diluar kelas. Tidak lama kemudian anak-anak menyerahkan LKS masing-masing. Melihat tumpukan LKS tersebut, kupikir lebih baik melibatkan anak untuk menilai hasil belajar mereka. Rizki menyediakan diri untuk membagikan LKS secara acak dengan catatan tidak ada satu pun anak yang mendapatkan LKSnya. Anak-anak menyebutkan jawaban setiap soal. Kesempatan belajar terbuka ketika ada jawaban yang berbeda untuk soal yang terkait dengan fakta, opini, kalimat pengandaian dan perbandingan. Cara asyik Cari tahu pun dimulai. Anak-anak dibimbing untuk mencari perbedaan fakta dengan oping, kalimat pengandaian dengan perbandingan, kata dengan makna yang diperluas dan dipersempit. Rencananya kegiatan CACT ini akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Di kelas VIII kukihat LKS mereka sekilas. Materi penyusunan laporan kupilih untuk mengangkat masalah yang mereka hadapi. Hari ini anak-anak kelas VIII disetrap oleh Bu Ria. Aku yakin tidak ada satupun dari mereka yang menyukai perlakuan tersebut. Satu anak menunjukkan kertas kosong untuk pembuatan buku teka-teki kelas yang disepakati pada pertemuan sebelumnya. Namun kualihkan anak tersebut dan bersama-sama dengan anak lainnya menyusun laporan kegiatan hari ini. Kutuliskan langkah-langkah penyusunan laporan mulai dari hari, tanggal, tim penyusun, fakta, opini, kesimpulan dan evaluasi. Selain Akbar,anak-anak memilih berkelompok. Aku senang melihat mereka mengerjakannya sambi sesekali bertanya untuk mencari tahu apa yang dimaksud dengan fakta, opini, kesimpulan, dan evaluasi. 45 menit kemudian anak-anak menunjukkan laporan kegiatan individu dan kelompok. Fakta bahwa mereka disetrap ditulis lengkap dengan rinciannya. Opini diisi dengan pendapat mereka tentang perlakuan tersebut. Dua kelompok menuliskan usul perbaikan model hukuman jika mereka melanggar kesepakatan, kelompok lainnya menuliskan perasaan tidak suka terhadap perlakuan tersebut. Beberapa catatan untuk mendorong mereka mengisi opini lengkap dengan usulan kutuliskan pada kertas kerja anak-anak.
Sebelum pulang, anak-anak kuminta untuk menyusun opini tentang sekolah gratis. Fakta bahwa anak-anak masih membayar SPP dan LKS serta adanya peraturan dalam UUD 1945 dan UU Sisidiknas menjamin pendidikan dasar 9 tahun dibiayai pemerintah dan pemerintah daerah menjadi bahan kajian berikutnya.
Ada 10 anak kelas IX dan VII yang bersedia mengikuti diskusi pendidikan dengan tema mengusung APBN pendidikan yang memperbaiki kondisi belajar peserta didik dan kondisi kerja guru (non PNS) yang diselenggarakan oleh FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) di wisma Kodel. Kami berjalan beriringan menuju halte Busway Pasar Genjing. Bela dan Irni mengubah panggilan terhadapku. Agak jengah ketika mendengan anak-anak memanggil mamah kepadaku. Mungkin karena tidak terbiasa ya.
Anak-anak terlihat antusias saat diminta memperkenalkan diri. Mereka juga menyimak dengan seksama paparan dari Ketua Umum DPP FGII, pengamat pendidikan dan rektor UHAMKA. Rizki, Bela, Akbar, Reza, Irny menyampaikan harapan mereka untuk mendapatkan sekolah gratis, buku gratis, transportasi gratis, perbaikan laboratorium, perpustakaan, WC, bahan-bahan praktek, dan kelas tanpa membebankan biaya kepada anak-anak. Mereka juga tidak lupa menyampaikan tentang perlunya peningkatan gaji guru. Reza bilang gaji guru sebaiknya Rp 6.000.000. Semoga didengar pemerintah dan pemerintah daerah ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar