Laporan keuangan tahun pelajaran 2006/2007 dan 2007/2008 yang disusun Ibu Tuti sangat membantu untuk bahan penyusunan RAPBS 2008/2009. Adzan Subuh terdengar di kejauhan saat RAPBS berhasil disusun. Menuju sekolah ramah anak di SMP Bhakti Nusantara dimulai dengan keterbukaan dan dorongan agar keluarga berpartisipasi aktif dalam memantau, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi seluruh aspek yang diperlukan untuk mengembangkan diri anak-anak. Tepat pukul 07.15 aku tiba di rumah Kepala Sekolah. Bahan-bahan yang disiapkan seperti draft KTSP, RAPBS, Neraca RAPBS segera difotokopi oleh Pak Tisna. Ternyata ada kesalahpahaman. Orang tua siswa sudah lama menunggu di sekolah saat Ibu Rini menemuiku di rumah Bu Aida. Di gerbang masjid ada seorang ibu yang bergegas pulang dan menyatakan kekecewaannya karena sudah 90 menit menunggu. Lebih dari 20 orang berdiri di halaman aula Yayasan dan segera memasuki ruangan. Pertemuan diawali dengan beberapa informasi perkembangan anak-anak selama aku mengajar. Terlihat antusiasme beberapa orang tua yang berkomitmen untuk memantau perkembangan putra-putri mereka di rumah. Beberapa kasus yang mengindikasikan terjadinya bullying kupaparkan. Respon dari orang tua sangat menarik. Mereka cukup sabar untuk menahan keingintahuan tentang biaya yang biasanya disampaikan setiap pertemuan manajemen sekolah bersama orang tua siswa. Kutegaskan bahwa masalah keuangan sepenuhnya akan dibahas bersama Bu Aida.
Diskusi seputar draft KTSP SMP Bhakti Nusantara mulai beralih ke keuangan setelah Pak Agus, salah satu orang tua yang dipilih menjadi ketua Komite Sekolah mencermati neraca yang dibagikan. RAPBS lengkap yang disiapkan terbatas diberikan kepada Pak Agus untuk rincian neraca. Pak Agus menyoroti Upah SDM yang disebutkan untuk 1 orang sebesar FRp 4.000.000/bulan. Rupanya Pak Agus kurang menyimak beberapa catatan yang disampaikan pada awal pertemuan.
Setiap guru mendapatkan upah Rp 10.000/tatap muka tanpa dikali 4 ditambah tunjangan transport Rp 5.000/kehadiran. Orang tua manggut-manggut ketika disampaikan betapa kecilnya upah SDM di sekolah ini. Mereka bersedia untuk ikut memperjuangkan agar dana BOS ditingkatkan untuk memberikan Upah Minimum Layak hidup bagi guru, buku pelajaran gratis, penambahan dan perbaikan sarana dan operasional sekolah. Sampai saat ini selain SPP Rp 75.000/bulan orangtua juga dibebani biaya-biaya lainnya sebesar Rp 200.000-Rp 300.000 untuk ulangan, ujian dan kegiatan 1 tahun. Biasanya mereka memberikan dalam bentuk cicilan. Advokasi untuk sekolah gratis juga di sekolah swasta tanpa menyengsarakan guru menjadi prasyarat utama terpenuhinya hak atas pendidikan dan perlindungan hak-hak anak. Semoga orangtua SMP Bhakti Nusantara tetap teguh untuk ikut berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar