IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANAK MERDEKA
Di
KOMUNITAS RUMAH KERLIP KAMPUNG JAWA
Tempat : Jl. Swadaya I RT 16 Pejaten Timur
Tanggal : September –
Pendamping : Yanti Sriyulianti
Tutor:
- Ibu Citra
- Ibu Murtini
- Ibu Yanti
- Ibu Nur
Tim Relawan SMA Plus PGRI Cibinong :
- Pak Suparno
- Muhidin
Pihak Lain yang terlibat dalam penguatan dan sosialisasi Pendidikan Anak merdeka di Komunitas Rumah KerLiP di kampung Jawa
- Tokoh Agama setempat : Ustadz Nasrullah
- Tokoh masyarakat : Bapak Sanusi, Dewan Kelurahan
- FGII : Drs. Suparman dan Laili Hadiati, SPd.
- Ibu Dr. Ratna Megawangi
- Komisi X DPR RI : Ibu Trulyanti Habibie
- Penggagas GGS di SMAN 13 Jakarta, Retno Listyarti
- MP Book Point
- SMA Plus PGRI Cibinong : Pak Basyar dan pak Agus (kepsek dan wakasek)
- Direktur High/Scope Indonesia : Antarina SF Amir
LATAR BELAKANG
Komunitas Rumah KerLiP kampung Jawa dirintis atas inisiatif Bapak Drs. Suparman untuk membuka perpustakaan sekolahrumah dengan menyertakan Ibu Citra, pengurus SGJ Jakarta Selatan. Awalnya perpustakaan keliling ini akan dibuka di Kebayoran Lama, rumah keluarga Laili Hadiati (bendahara FGII). Namun karena tak ada ijin dari keluarga, maka dibatalkan.
Pada bulan Februari 2007 saat banjir melanda Jakarta, KerLiP menyalurkan bantuan bagi korban banjir di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Kemitraan yang khas antara KerLiP dan Direktorat pendidikan Kesetaraan dalam menyosialisasikan Komunitas sekolahrumah bagi masyarakat marjinal turut memperkuat komitmen untuk meningkatkan perluasan akses pendidikan terutama bagi anak-anak putus sekolah di tingkat menengah pertama. Data anak putus sekolah yang diperoleh saat pendataan korban banjir oleh Ibu Citra, mendorong Perkumpulan KerLiP untuk merintis Komunitas Rumah KerLiP di Kampung Jawa.
Pada bulan Mei 2007 disepakati untuk mulai membuka perpustakaan sekolahrumah keliling di rumah Ibu Citra. Sejak September 2007 rekrutmen peserta didik mulai dilaksanakan secara perlahan dengan tahapan berikut :
- Membangun kepercayaan
- Meningkatkan partisipasi anak dalam tutorial asyik
- Aktivasi Forum OK! Obrolan KerLiP
Pada tahap rekrutmen ini, pelaksana juga mendorong partisipasi anak dalam mendeteksi kebutuhan belajar dan komitmen orang tua masing-masing terutama ibu untuk terlibat secara efektif dalam pelaksanaan pendidikan anak merdeka. Partisipasi anak dan keluarga merupakan kunci keberhasilan implementasi pendidikan anak merdeka dengan model komunitas sekolahrumah. Diharapkan pada tahap ini terjadi kesamaan pandangan yang menempatkan hak anak untuk mengembangkan diri sesuai minat, bakat dan kemampuannnya.
Implementasi pendidikan anak merdeka di Komunitas Rumah Kerlip Kampung Jawa adalah berkah dari pengembangan jaringan pendidikan untuk semua yang tanpa henti dilaksanakan sebagai kegiatan Perkumpulan KerLiP. Laporan perkembangan tahap I ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai perintisan komunitas sekolahrumah bagi kelompok miskin perkotaan sebagai model pemenuhan dan perlindungan hak atas pendidikan dan hak-hak anak.
TUJUAN PENDAMPINGAN
Memfasilitasi tercapainya tujuan program penguatan Komunitas Rumah KerLiP sebagai Pendidikan Kesetaraan Unggulan.
Tujuan umum
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas peserta didik pendidikan kesetaraan
- Meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan demi kepentingan terbaik anak
Khusus
- meningkatkan peran serta KerLiP dalam perluasan akses pendidikan kesetaraan
- memasyarakatkan komunitas sekolahrumah sebagai model pendidikan kesetaraan
RENCANA KEGIATAN PENDAMPINGAN SEPTEMBER - NOVEMBER | METODE |
1. September | |
Membangun kepercayaan anak | Tutorial anak |
| Tutor sebaya |
| Bedah buku |
2. Oktober | |
Meningkatkan partisipasi anak dalam pendidikan | Cara Asyik Cari Tahu |
| Rencana piknik bersama keluarga |
3. November | |
Aktivasi Forum OK! Obrolan KerLiP | Sosialisasi pendidikan anak merdeka |
| Demo pemasangan komputer |
| Praktek komputer |
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
- September 2007
Komunitas Rumah KerLiP Kampung Jawa dirintis oleh fasilitator setempat sekaligus pengurus Serikat Guru Jakarta Selatan yang mengikuti kegiatan forum OK! (Obrolan Keluarga Peduli Pendidikan) secara intensif. Forum OK! Merupakan wahana penyebarluasan gagasan Pendidikan Anak Merdeka yang diawali dengan Seminar pada tanggal 22 April 2007 di Jakarta dan 20 mei 2007 di Bandung dalam rangkaian kampanye Education for All 2007 bertemakan, “Join Up Education Right!” Pada kegiatan ini pengarusutamaan hak-hak anak dilaksanakan sebagai gerakan kultural dengan mengadopsi budaya pop khas masyarakat kota besar.
Fasilitator didorong untuk memulai model implementasi pendidikan anak merdeka di tempatnya mengajar. Komitmen untuk mengimplementasikan Pendidikan Anak Merdeka terutama bagi masyarakat miskin kota ditunjukkan oleh fasilitator dengan mendorong anak-anak putus sekolah untuk belajar di rumahnya. Kesibukannya mengajar dan memperjuangkan hak-hak pekerja profesinya sebagai guru PTT belum memungkinkan yang bersangkutan merintis sendiri Komunitas Rumah KerLiP. Perintisan Komunitas Rumah KerLiP kampung Jawa ditangani langsung oleh Ketua Perkumpulan KerLiP dengan menempati ruang baca rumah fasilitator.
Permainan kertas yang pernah disampaikan Utomo Dananjaya pada pelatihan guru kritis di Tangerang mengawali pembelajaran di Komunitas Rumah KerLiP bagi anak-anak putus sekolah di Kampung Jawa Jl. Swadaya I Rt 16 Jakarta Selatan. Permainan kertas ini ternyata menumbuhkan minat belajar mereka. Setiap anak mendapatkan sepotong kertas yang sama besar dan diminta untuk membagi kertas tersebut jadi enam bagian sama besar dengan pikiran masing-masing. Satu anak yang putus sekolah setelah lulus SMP dengan cerdas menyebutkan bahwa sulit menilai tanpa ada bukti saat ditanyakan berapa yang benar dan yang salah. Anak yang lain menyetujui dan meminta untuk membuktikannya dengan memtong kertas tersebut jadi enam bagian sama besar. Atas kesepakatan bersama maka kegiatan dilanjutkan. Setiap anak mulai asyik melipat dan memotong kertas jadi enam bagian sama besar. Kebanyakan bisa memotong jadi enam bagian.
Bagaimana jawaban anak-anak tersebut saat ditanyakan apakah semuanya melakukan hal yang benar? Dengan enteng ketiga anak yang memotong lebih dari enam bagian menyebutkan bahwa mereka salah. Dua anak menjawab karena potongan ketiganya lebih dari enam bagian tapi tetap sama besar. Jawaban ini disetujui oleh ketiga anak tersebut. Anak-anak yang memotong dengan benar tapi dalam bentuk yang berbeda difasilitasi untuk memastikan bahwa setiap potongan benar-benar sama besar. Beberapa anak masih terlihat bingung. Tapi ketika ditunjukkan kertas baru yang dipotong dua sama besar, anak yang putus sekolah di kelas 4 SD menyebutkan bahwa setiap potongan kertas adalah satu dari dua bagian kertas awal atau ½. Anak yang memotong jadi 20 potongan sama besar menyimpulkan bahwa setiap potongan kertas hasil karyanya adal satu dari dua puluh bagian kertas awal. Anak-anak gembira dan takjub menyadari bahwa mereka belajar tentang pecahan dan pembagian. Pada bagian akhir tatap muka selama 45 menit, anak-anak menyatakan puas karena telah belajar Bahasa Indonesia, Matematika, Keterampilan dan berpartisipasi langsung dalam menilai hasil belajar secara mandiri.
Gairah belajar anak-anak ini ternyata mendorong ibu-ibu mereka untuk bertanya lebih jauh tentang komunitas sekolahrumah dan bagaimana mereka bisa terlibat aktif di dalamnya. Anak-anak berjanji akan kembali menunjukkan ragam permainan yang mereka kenal. Dua anak berjanji untuk menuliskan asyiknya membaca buku Dunia Tanpa Sekolah dan Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku yang diterbitkan Kompas secara bergantian. Ibu-ibu mereka berjanji untuk memantau perkembangan anak-anak menuliskan permainan yang mengasyikkan dan asyiknya membaca kedua buku tersebut.
Jika mengacu pada Pasal 3 UU Sisdiknas bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, maka sesungguhnya sangat mudah meruntuhkan anggapan bahwa belajar hanya dapat dilakukan dalam sistem persekolahan.
Tutorial asyik yang dilengkapi dengan bedah buku homeschooling dan dunia tanpa sekolah merupakan metode terpilih untuk membangun kepercayaan anak terhadap model komunitas sekolahrumah. Meskipun masih cukup membingungkan tapi dengan pendekatan yang dibalut dengan cinta dan kehangatan menumbuhkan kepercayaan anak terhadap Komunitas Rumah KerLiP.
Praktek wawancara yang dilaksanakan homeschooler lainnya dengan mengunjungi keluarga mereka dari rumah ke rumah, disaksikan oleh anak-anak menjadi wahana pembelajaran yang menarik. Topik ciri-ciri makhluk hidup yang dipilih dalam kegiatan wawancara ini ternyata menarik anak-anak untuk mengenal budaya hidup sehat. Pertanyaan tentang udara yang mereka hirup sehari-hari, kebiasaan bepergian, jumlah anak dan pertanyaan lainnya dengan gaya khas anak yang spontan menjalin suasana kekeluargaan yang hangat dan menggembirakan. Kegiatan ini juga menjadikan homeschooler KerLiP lainnya merasakan tulusnya sebuah pertemanan di Kampung Jawa dan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Kegiatan tutor sebaya ini juga memperkuat upaya Komunitas rumah kerlip dalam membangun kepercayaan anak dan keluarga terhadap model komunitas sekolahrumah. Perlahan namun pasti, 15 dari 83 anak putus sekolah mulai rajin datang tanpa dijemput. Sayangnya hal ini belum cukup menarik bagi anak-anak usia >15 tahun
2.
Mendorong anak untuk menemukan sendiri Cara Asyik Cari Tahu bisa menjadi salah satu pilihan kegiatan belajar yang menarik.
Cara asyik cari tahu diperkuat saat anak-anak antusias mencermati penuturan anak lainnya dan memilih permainan yang paling mengasyikkan untuk dicoba dan dianalisa dengan berbagai cara pandang seperti pada permainan kertas. Orang tua yang hadir didorong untuk mengikuti permainan yang disepakati anak-anak. Kesempatan bermain anak bersama orang tua dan menilai aspek-aspek yang dipandang penting tanpa batasan usia memberi pengalaman baru. Disini anak belajar menjadi warga negara yang demokratis dan secara mandiri menetapkan keputusan. Anak-anak dan orang tua bisa bersama-sama menelusuri kapan permainan anak yang terpilih dikenal di tempat tinggal mereka. Tulisan, gambar, dan hasil penelusuran sejarah permainan dapat menjadi sumber inspirasi untuk membuat karya yang layak jual dalam bentuk buku, agenda, kalender permainan anak-anak.
Kegiatan tutorial seperti ini dilaksanakan rata-rata dua kali tatap muka setiap pekan dalam bimbingan guru profesional di Komunitas Rumah KerLiP Kampung Jawa. Dalam program ini anak dibimbing dengan metode–metode belajar mandiri. Penyesuaian pada tiga bulan pertama memerlukan strategi pembelajaran yang terus dikembangkan berdasarkan pengalaman keseharian anak. Anak dilibatkan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sumber belajar disediakan sesuai dengan kebutuhan setelah anak-anak menunjukkan rasa ingin tahu untuk topik tertentu. Pendidik dapat menstimulasi minat belajar anak dengan mencoba permainan terpilih, menonton film-film pengetahuan berdurasi pendek dan menarik, membawa sumber-sumber belajar yang inspiratif, mendampingi anak-anak mengenal lingkungan tempat tinggal mereka. Beberapa anak yang menunjukkan minat terhadap biologi, difasilitasi untuk mengidentifikasi tanaman di halaman rumah mereka. Daun, batang, bunga, buah diamati, dipetik dan ditempelkan dalam buku kerja mereka. Pengalaman belajar langsung dilengkapi dengan penelusuran rujukan dari buku dan CD yang tersedia diharapkan dapat menguatkan rasa ingin tahu anak-anak tentang dunia mereka. Pengetahuan ini dihubungkan dengan kondisi sosial, ekonomi, lingkungan hidup mereka sehari-hari.
Perencanaan piknik bersama keluarga merupakan upaya untuk memperkuat partisipasi anak dalam pendidikan. Anak-anak yang lebih besar berinisiatif mengumpulkan adik-adik mereka. Antusiasme mereka meningkat seiring dengan adanya program bagi zakat dari mitra KerLiP untuk janda dan anak-anak putus sekolah. Dana dan barang yang diterima didistribusikan secara merata kepada 90 anak dan janda miskin di Kampung Jawa. Tutorial asyik diliburkan menjelang lebaran.
Libur lebaran tidak menyurutkan anak-anak untuk menghimpun diri dalam kegiatan tersebut. Pada tanggal 21 Oktober, 35 anak didampingi 7 ibu-ibu berkumpul di Rumah KerLiP Jakarta untuk silaturahmi sambil menegaskan keinginan mereka merencanakan piknik bersama ke ragunan. Mereka meminta dibuatkan Lembar inspirasi Belajar bagi beragam Anak (LIBRA) yang bersesuaian dengan kondisi ragunan.
Tanggal 23 dan 25 Oktober anak, anak berhasil menghimpun dana rereongan keluarga untuk menyewa kendaraan, tiket masuk dan makan. Pada tanggal 28 Oktober 2007. ada 20 anak dan ibu-ibu mengendarai bak terbuka sedangkan 11 keluarga lainnya berangkat dari rumah masing-masing ke Ragunan. Pendamping hanya menyiapkan LIBRA, alat tulis dan koran. Sayangnya meskipun keempat tutor siap, tapi kegiatan tutorial di tempat wisata tidak tercapai sesuai rencana.
Beberapa keluarga bahkan terpisah karena kesalahpahaman. Pendamping mendorong keluarga untuk mulai aktivasi forum OK! Obrolan KerLiP. Dalam forum ini diharapkan tercapai kesamaan persepsi mengenai Komunitas Rumah KerLiP sebagai satuan pendidikan kesetaraan.
Ibu Nur, tutor pendamping yang memiliki 5 anak sebagai peserta didik Komunitas Rumah KerLiP membantu menyusun rencana forum OK! yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 November 2007. Pendamping menyiapkan surat yang ditandatangani Ibu Citra sebagai kordinator tutor. Pembukaan Forum OK! ini diarahkan sekaligus untuk rekrutmen peserta didik secara formal melibatkan pemerintahan setempat. Undangan disampaikan ke ketua RT 15, 16, ketua RW, Dewan kelurahan, Lurah dan Camat.
Mundurnya beberapa anak putus sekolah yang lebih besar coba diantisipasi dengan mengemas forum OK! yang menarik. Fasilitator perakitan komputer pun dihadirkan. Kemitraan yang khas antara KerLiP dengan SMA plus PGRI Cibinong memungkinkan yang bersangkutan hadir sebagai relawan meski hanya dihubungi melalui sms.
Konsumsi disediakan oleh ibu Nur yang siap menjadi tutor pendamping. Ibu Citra menyiapkan tempat dan mendorong anak-anak untuk memastikan orang tua mereka bisa hadir tepat waktu.
Pada tanggal 4 November 2007, meskipun bertepatan dengan arisan RT , 15 ibu hadir sesuai rencana, anak-anak yang lebih kecil ayik bermain bersama. Ada 5 anak perempuan yang lebih besar antusias mengikuti forum OK! Pembukaan diawali dengan obrolan tentang kebiasaan belajar anak – anak di rumah.
Ibunda Cahyo dan ibunda Lina menghangatkan obrolan kerlip dengan kesulitan mereka menyuruh anak belajar menghafal perkalian dan pembagian. Pendamping berupaya mendorong pemahaman mengenai pendidikan anak merdeka dengan menggali pengalaman ibu-ibu lainnya. Obrolan tentang sulitnya menahan diri untuk tidak menyuruh anak belajar mendorong obrolan pada komitmen untuk melakukan komunikasi menjelang tidur. Obrolan ibu dan anak menjelang tidur akan dilaksanakan secara perlahan dengan menanyakan perasaan senang anak bermain dan belajar bersama dalam tutorial asyik dan acara TV yang mereka tonton sepanjang hari. Ibu-ibu sepakat bahwa pendidik utama adalah orang tua, sedangkan tutor hanya membantu kesulitan belajar anak sesuai dengan minat dan kemampuan belajarnya.
Demo pemasangan komputer dan praktek penggunaan akal triklin secara bergantian oleh anak-anak kecil, mendorong ibu-ibu untuk mengajak anak-anak yang lebih besar masuk. Pendamping berupaya memfasilitasi anak-anak laki-laki yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Ketika ditanya satu per satu dan dijelaskan tentang asyiknya belajar merakit komputer mereka terlihat antusias. Antusiasme ini mendorong pendamping untuk meminta Pak Sanusi, dewan kelurahan menyediakan tempat permanen untuk didesai sebagai sanggar belajar berbasis ICT. Rencananya sekretariat RW akan coba diusahakan menjadi sanggar belajar yang didesain oleh anak-anak usia >13 tahun. Disepakati bersama anak-anak menemui ketua RW 9 hari Senin, 5 November 2007 jam 11.00.
KAJIAN
HAMBATAN DAN DUKUNGAN
- Keterbatasan waktu pendamping dan tutor
- Tingkat pemahaman anak masih memaknai pendidikan sebagai persekolahan
- Keterbatasan tempat
- Tingkat adaptasi anak-anak yang putus sekolah usia >13 tahun terhadap model pendidikan anak merdeka di Komunitas Rumah KerLiP
Faktor pendukung :
- Antusiasme, kemandirian dan inisiatif keluarga dalam kegiatan jalan-jalan (piknik, silaturahmi, kunjungan)
- Semangat belajar anak
- Sarana sumber belajar milik Rumah KerLiP Jakarta
- Kemitraan dengan FGII memungkinkan adanya tutor dari guru sekolah formal
- Kemitraan dengan donatur perorangan
- Kemitraan dengan Direktorat pendidikan kesetaraan Depdiknas RI
- Kemartabatan Ibu Citra
- Perlu disosialisasikan rencana program secara bertahap untuk meningkatkan partisipasi anak dan keluarga dalam mengimplementasikan Pendidikan Anak Merdeka di Komunitas Rumah kerLiP kampung Jawa
- Perlu capacity building untuk tutor mengenai pemenuhan dan perlindungan hak atas pendidikan dan hak-hak anak.
- perlu pendampingan penyusunan rencana pembelajaran anak secara mandiri dalam pantauan orang tua masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar