Bagi anak, orang tua adalah pendidik, perawat dan pengasuh yang pertama dan utama. Hampir setengah dari usia dini seorang anak berada dalam pengasuhan orang tua sepenuhnya. Hubungan dan kelekatan dengan pendidik pertama dan utama ini menjadi pola sosialisasi anak usia dini. Sayangnya, fakta menunjukkan ada sekitar 60 juta anak Indonesia menonton acara TV apa saja selama berjam-jam (Guntarto, 2006) bahkan anak-anak di Jakarta menghabiskan waktu untuk menonton TV 30-35 jam dalam sepekan (YKAI, 2002). Dalam rentang waktu yang hanya tersisa sedikit ditengah kesibukan orangtua bekerja mencari nafkah, orangtua harus kreatif memanfaatkan waktu berkualitas bersama anak.
Pemenuhan akan hak-hak anak menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua. Diperkirakan jumlah anak usia 0 - 6 tahun pada tahun 2010 mencapai sebanyak 29,8 juta atau 12.8% dari total penduduk 237,6 juta jiwa dan diantaranya ada 1.186.941 anak balita yang masih telantar (Pusdatin Kemsos 2009/2010). Rendahnya ketersediaan fasilitas layanan pengembangan anak usia dini, peraturan perundang-undangan yang belum sinkron dan belum optimalnya pelayanan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus, kemiskinan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengasuhan orangtua dan keluarga, budaya lokal dan global yang masuk terutama melalui media TV yang tidak mendukung tumbuh kembang anak menjadi permasalahan tersendiri. Peningkatan akses pelayanan tumbuh kembang dan perlindungan serta peningkatan aksesibilitas anak usia dini yang holistik dan terintegrasi perlu diimbangi dengan penguatan kelembagaan keluarga terutama orangtua dan kapasitas kelembagaan perlindungan anak.
Kebutuhan anak atas perhatian dan pengasuhan intensif dari orangtuanya tidak dapat ditunda. Hubungan antar anak dan orangtua sangat menentukan pola perkembangan psikis, sosial, dan emosional anak di masa depan. Meskipun pola ini akan berubah dengan semakin besarnya bayi (anak) dan meluasnya lingkungan, tetapi pola intinya cenderung tetap. Inilah sebabnya mengapa hubungan yang baik antar anak dan orangtuanya sejak dini merupakan unsur yang sangat penting bagi perkembangan balita (Hurlock B.E, 93:1980).
Di sisi lain, orangtua akan selalu berkejaran dengan waktu karena anak terus tumbuh dan berkembang. Diperlukan komitmen dan kesungguhan orangtua untuk meningkatkan kemampuan berkreasi dalam mengisi waktu berkualitas bersama anak-anak. Di antara banyak metode yang dapat digunakan seperti permainan sederhana, bercerita, permainan sebab-akibat, dan permainan kata-kata, mendongeng diyakini efektif bagi pendidikan anak usia dini. Laura Numeroff pengarang dan illustrator cerita anak-anak terlaris versi New York Times, seperti dikutip kantor berita Xinhua mengatakan bahwa membacakan dongeng untuk anak selama 20 menit dapat meningkatkan kecerdasan dalam membaca dan menulis setara dengan sekurang-kurang-kurangnya belajar 10 hari di sekolah.
Kampanye “20 menit yang memukau: Wahana Pendidikan karakter Berbasis keluarga Menuju Keluarga Idaman (Indah, Damai dan Aman)” dipersembahkan bagi anak-anak Indonesia untuk merengkuh kembali kebahagiaan dan sukacita keluarga saat anak terlahir. Melalui rangkaian kegiatan yang diawali dengan Konferensi Pers di Hari Kebangkitan Nasional, penyusunan Panduan Pelatihan Mendongeng, Pelatihan Mendongeng bagi pendidik dan keluarga balita pada Hari Keluarga, Pencanangan Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Anak Usia Dini pada Hari Anak Nasional, Penyusunan dan Peluncuran Buku Dongeng Nusantara terkait budaya aman dari berbagai pelosok nusantara dan diakhiri dengan Festival Kreasi dan Inovasi Pendidikan Karakter Idaman (Indah, Damai dan Aman) di keluarga, sekolah dan komunitas, diharapkan akan membangkitkan kesadaran semua pemangku kepentingan terutama orangtua dalam memanfaatkan waktu berkualitas bersama anak.
Kami mengajak semua pihak untuk mendukung gerakan keluarga peduli pendidikan anak usia dini dengan cara:
1. Membiasakan mendongeng dalam mengisi 20 menit yang memukau sebagai wahana pendidikan karakter idaman (indah, damai dan aman) di keluarga, sekolah dan komunitas;
2. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha terutama untuk PAUD HI bagi keluarga balita miskin dan sangat miskin;
3. Meningkatkan komitmen, kordinasi dan kerjasama antara pemerintah, pemerintah daerah, sector usaha, media, lembaga penyelenggara layanan, dan masyarakat;
4. Mendorong pemerintah untuk memperkuat dan harmonisasi landasan hukum dan alokasi anggaran yang memadai untuk memastikan setiap anak Indonesia menikmati layanan Pengembangan Anak Usia Dini holistik-integratif.
PANITIA BERSAMA GERAKAN KELUARGA PEDULI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Perkumpulan KerLiP (Yanti 08122055069)
2. Komunitas Dongeng DAKOCAN (Ivan 085366490538)
3. Smile (Safer Milennium- Ova 085220701021)
4. PPAM (Pusat Penelitian Pendidikan Anak Merdeka-Lovely 081377912097)
5. Tim Penggerak PKK DKI Jakarta (Ibu Aty 08164803628)
6. Yayasan Darul Hikam (Pak Sodik 08121491491)
7. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar