Tiba di kantor SMP Bhakti Nusantara 40 menit sebelum kelas dimulai, langsung menyapa Bu Wiwi, Bu Tuti, dan Bu Rini. Ada dua orang tak dikenal dengan tumpukan LKS di dekatnya. Bu Wiwi dengan senang hati mengikuti ajakan diskusiku tentang rencana pengembangan sekolah. Panduan beban kerja guru dan panduan yang diambil Bu Wiwi dari lemarinya menjadi bahan diskusi kami. Tidak lama kemudian datang Bu Ria dan Pak Ali menanyakan beberapa hal seputar homeschooling. Tim lengkap ini kuajukan untuk menjadi tim pengembangan sekolah ramah anak bersama Ibu Tuti dan kepala sekolah, Bu Aida.
Ternyata waktu belajar setiap jam dikurangi 10 menit. Hal ini berarti, anak-anak kelas VII tidak kutemani belajar karena jam istirahat sudah tiba. Akhirnya kulanjutkan diskusi tentang kemungkinan mengembangkan SPM Bhakti Nusantara menjadi sekolah ramah anak dengan model moving class.
Bel masuk sudah dibunyikan, anak-anak kelas VII sudah menunggu. Anak-anak sedang asyik menabuh ember bekas, bangku, meja dan alat lainnya sambil menyanyikan lagu-lagu yang populer saat aku tiba di kelas mereka. Guru Bahasa Inggris masih menyelesaikan pelajarannya. Rupanya ada sebagian anak yang tidak berisitirahat karena belum menyelesaikan hafalan mereka. Ibu Natalia kuajak diskusi tentang model pembelajaran yang tidak membebani anak dengan kewajiban menuntaskan buku pelajaran tertentu. Setelah bu Natalia keluar kelas kuikuti irama lagu yang dibawakan anak-anak. Kami pun menyanyi bersama. Beberapa anak menghampiriku untuk menanyakan beberapa hal tentang usaha mereka membuat pengumuman, laporan, cerpen dan cerita berantai secara berkelompok. Keempat materi tersebut kutulis di papan tulis. Sambil diiringi nyanyian murid laki-laki, beberapa anak membahas tentang pengumuman dan laporan. Kelompok 2 mencatat bahwa dalam pengumuman sekurang-kurangnya berisi sasaran pengumuman, kegiatan, waktu, dan penyelenggara. Kelompok yang menyusun laporan menyatakan bahwa isi laporan adalah fakta, opini, kesimpulan dan evaluasi (apa manfaatnya bagiku dan kelas kita). Kuminta anak laki-laki berhenti bernyanyi sejenak dan menjawab tawaranku. Dua murid perempuan menyediakan diri meminjam koran kompas hari ini ke rumah Ibu Aida.
Ada dua murid perempuan yang siap menganalisa model pengumuman di koran dan pemberitahuan dari sekolah kemudian membandingkan keduanya. Anak-anak lainnya lebih senang menulis lagu ciptaan mereka dan menyanyikan lagu populer lainnya. Monik adalah anak pertama yang menyanyikan dua lagu yang ditulisnya secara spontan. Kurekam momen berharga ini. Sambil menunggu kelompok pencipta lagu menyelesaikan tugasnya, kudampingi anak-anak yang menganalisa pengumuman. Tidak lama kemudian Rahma menyanyikan lagu ciptaannya sambil malu-malu duduk di bangkunya. Kurekam lagi. Faris memintaku untuk merekam kegiatan teman-temannya.
Trio pencipta lagu menyanyikan lagu ciptaan mereka disusul oleh duet bersuara emas di kelas VII. Duet ini juga membantu menyanyikan syair lagu ciptaan teman mereka yang begitu indah. Sementara itu, anak laki-laki masih asyik menyanyikan lagu populer. Akhirnya kuijinkan Bahtiar dan Ervan menyanyikan lagu Jackmania kesukaan mereka. Bahagianya mendampingi anak-anak kreatif ini berkarya dengan bahasa Indonesia kebanggaan mereka. Momen indah ini kurekam dengan HP.
Menjelang pulang, Pak Ali menyodorkan catatan pengajuan sistem penggajian baru dan memintaku untuk mengusulkan gaji dan transportku sendiri. Kutelpon Bu Aida untuk membahas rincian keuangan sekolah. Guru-guru sedang menunggu honor dan transport mereka di kantor. Kuajak Ibu Tuti untuk menemaniku ke rumah Bu Aida. Sambil menunggu Bu Aida siap, Bu Tuti menemaniku melengkapi rincian RAPBS yang sudah disampaikan kepada komite sekolah. Rupanya honor SDM di SMP Bhakti Nusantara masih dibawah UMP. Sumber penerimaannya pun sangat terbatas. Kuminta Bu Tuti untuk berkomitmen mengikuti RAPBS ini dan menjaga agar setidaknya sumber penerimaan untuk honor dan transport guru dipastikan tidak defisit. Bu Tuti kembali ke sekolah.
Program pengembangan sekolah terpaksa hanya dibahas berdua dengan Bu Aida. Pada prinsipnya, kepala sekolah antusias untuk mengembangkan SMP Bhakti Nusantara menjadi sekolah ramah anak. Kami berkomitmen untuk memikirkan dengan serius penggalian dana yang tidak membebani keluarga peserta didik terutama untuk perbaikan penghasilan guru. Kuusulkan untuk memberi tampahan honor 1 jam bagi guru yang mengumpulkan resume tindakan kelas dan tunjangan rapat khusus bagi Tim Pengembang Sekolah. Bu Aida tidak keberatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar