Satu per satu peserta workshop dan sosialisasi modul pendidikan pengurangan risiko bencana berdatangan ke ruang pertemuan. Hari ini, Jum'at 12 Desember 2009, Pusat Kurikulum bekerjasama dengan SC DRR dan Konsorsium Pendidikan Bencana mengundang > 30 orang dari perwakilan guru, pengawas, kasie kurikulum, konsultan proyek, staf pusat kurikulum, KerLiP, UNESCO, OCHA, Lingkar untuk melakukan review terhadap 18 naskah modul pendidikan pengurangan risiko bencana yang terdiri dari gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, pengintegrasian, pelatihan bagi guru-guru SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.
Duduk di sebelahku Pak Wardi, pengawas TK dan SD dari Jakarta Selatan. Harapannya tentang pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi sekolah-sekolah bertingkat di Jawa Barat kusambut antusias dengan memperkenalkan Mbak Titi dari UN OCHA, penggiat KPB. Kami bersepakat untuk membicarakan rencana tahun depan di kantor Pak Wardi di Cilandak pada hari Jum'at 18 Desember 2009 pukul 09.00- selesai.
Pembicaraan dengan pak Wardi mendorong Mbak Titi untuk menyelenggarakan pertemuan KPB terkait format sekolah siaga bencana yang akan diusung bersama oleh KPB pada hari Kamis pukul 14.00 di Papua Room. Undangan pertemuan sudah masuk ke emailku saat aku tiba di
kamar Lovely. Aku pikir kesepakatan ini penting karena beberapa anggota KPB sudah merintis dan mengembangkannya dalam berbagai istilah seperti LIPI dengan Sekolah Siaga Bencana, Lingkar dengan Desa Tangguh Bencana, KerLiP dengan desa Siaga Bencana, PMI, KOGAMI dll. KPB sendiri sudah bersama-sama melakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana di SMP Al Ikhlas Cipete, Al Azhar dan lain-lain setelah roadshow di beberapa sekolah di Jakarta.
Saat ini KerLiP sudah memulai rencana kampanye advokasi dan kampanye manasik siaga bencana di PAUD Nusa Indah sebagai inisiasi Sekolah Siaga Bencana dan kampanye schoolbooks unwrapped di MI Al Hidayah Dago.Inisiasi awal ini akan menjadi bahan obrolan pagi di ruang wanita dan keluarga Sky FM Bandung pada tanggal 22 dan 29 Desember 2009. Pengembangan model Desa Siaga Bencana di Cianjur, Ciamis dan Garut pun sudah mulai dilaksanakan bersama Oxfam, ECHO, Dejarup, YKU, SPP, LPTP, BMP, Cis Timor mulai 9 Desember sampai 9 Mei 2010.
Gerakan Sosial Kritis Berbasis Keluarga yang berupaya mendorong pemenuhan hak hidup bermartabat terutama hak atas pendidikan dan perlindungan anak
Jumat, 11 Desember 2009
Kamis, 10 Desember 2009
Silaturahmi di BPBD Cianjur
Pak Hendi, Kasubag RR BPBD Cianjur sedang mendiskusikan persediaan beras bersama staf dari Dinsos Kabupaten Cianjur. Ada dua orang lainnya yang terlihat bersama Pak Hendi ketika kami tiba di BPBD Cianjur. Ova menemani anak-anak bermain diluar saat pertemuan dimulai. Rupanya Pak Hendi masih mengira kami datang dari Garut. Ini terkait dengan kegiatan kordinasi yang dilaksanakan 15 September lalu bersama UNOCHA setelah kegiatan evaluasi bantuan kemanusiaan di Pendopo Kabupaten Garut dilaksanakan.
Kami menyimak penjelasan rinci dari pak Hendi mengenai Tupoksi dan tahap pekerjaan BPBD terutama pasca gempa Tasik tanggal 2 September 2009. Ada beberapa daerah yang penduduknya terpaksa direlokasi karena rawan longsor.
Uwa Dadang menjelaskan maksud kedatangan kami setelah pemaparan dari pak Hendi. Ada nbeberapa komitmen untuk kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas di Desa Giri Mukti yang dinominasikan oleh Dejarup.
Minggu depan kami akan kembali bertemu untuk kordinasi teknis bersama jajaran BPBD Cianjur.
Kami menyimak penjelasan rinci dari pak Hendi mengenai Tupoksi dan tahap pekerjaan BPBD terutama pasca gempa Tasik tanggal 2 September 2009. Ada beberapa daerah yang penduduknya terpaksa direlokasi karena rawan longsor.
Uwa Dadang menjelaskan maksud kedatangan kami setelah pemaparan dari pak Hendi. Ada nbeberapa komitmen untuk kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas di Desa Giri Mukti yang dinominasikan oleh Dejarup.
Minggu depan kami akan kembali bertemu untuk kordinasi teknis bersama jajaran BPBD Cianjur.
Perjalanan ke Cianjur (1)
" Ibu, Icha dan Ami ikut ya! Sarah juga!," Allisa, putriku membujuk untuk ikut rombongan PPLHB KerLiP ke Cianjur. Rabu pagi tanggal 9 Desember 2009, Ova dan Zamzam sibuk menyiapkan surat-surat dan TOR kordinasi CO yang diperlukan untuk kegiatan pemetaan wilayah dan aktor dalam Program Pemulihan Pasca Gempa Tasik di Cianjur dan Ciamis. Program ini dilaksanakan oleh Oxfam, ECHO, KerLiP, SPP, Dejarup, LPTP, BMP, Cis Timor, dan YKU mulai tanggal 25 November sampai 25 Mei 2010. Ada 1060 KK atau 5.300 penduduk terkena bencana di Ciamis dan Cianjur yang akan menjadi penerima manfaat program ini. Alhamdulillah, KerLiP mendapat amanah untuk melakukan pendampingan teknis CO dalam hal advokasi berkeadilan gender dan proteksi terhadap kerentanan dan kerawanan dalam konteks CBDM. Kami juga menyiapkan program kesiapsiaagaan berbasis komunitas di Desa Siaga di Kabupaten Ciamis dan Cianjur.
Pukul 7.45, Wa Dadang dan Arif sudah sampai di Dago Elos. Mobil yang kami sewa terlambat datang. Pukul 8.30 kami bertangkat menuju Cianjur. Icha, Ami, dan Sarah tak henti-hentinya menunjuk hal-hal yang menarik perhatian mereka sepanjang perjalanan. Ketiganya baru saja membiasakan diri untuk menyusun jadwal kegiatan sehari-hari dan melengkapi setiap kegiatan dengan berita acara. "Bu, berita acara jalan-jalannya jadi jurnal aja ya!" seru Icha kepadaku. "Kan asyik Bude, ada sawah, pohon, orang, mobil, motor, banyak deh!" Ami menambahkan. "Oh, Ami dan Icha mau menulis jurnal perjalanan kita?" tanyaku kepada kedua homeschooler KerLiP ini. Ami dan Icha sempat memutuskan untuk 'bermain' di MI Al Hidayah Dago Barat dua minggu yang lalu. Hanya bertahan satu minggu. Ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi dari MI tersebut. Kami bersepakat dengan Kepala MI Al Hidayah untuk merintis Madrasah Siaga Bencana mulai dengan budaya hidup hijau di rumah dan sekolah. Rencananya tanggal 29 Desember, Pak Asep, Kepala MI Al Hidayah akan menemani Zamzam kampanyekan schoolbooks unwrapped di Sky FM. Masih dicari waktu yang pas untuk memulainya.
Alhamdulillah, rencana KerLiP untuk mulai bekerja secara profesional sudah dimulai sejak kami menerima tawaran kerjasama dari Oxfam dan mitra. Pada tahun pertama perintisan Pusat pendidikan Lingkungan Hidup dan Bencana ini kami akan menyiapkan model desa siaga bencana di Ciamis, Cianjur dan Garut. Khusus untuk Garut, kami mendapatkan dukungan dana dari Dikmas Ditjen PNFI Depdiknas dalam program KUM (Keaksaraan Usaha Mandiri) di daerah bencana.
Pukul 7.45, Wa Dadang dan Arif sudah sampai di Dago Elos. Mobil yang kami sewa terlambat datang. Pukul 8.30 kami bertangkat menuju Cianjur. Icha, Ami, dan Sarah tak henti-hentinya menunjuk hal-hal yang menarik perhatian mereka sepanjang perjalanan. Ketiganya baru saja membiasakan diri untuk menyusun jadwal kegiatan sehari-hari dan melengkapi setiap kegiatan dengan berita acara. "Bu, berita acara jalan-jalannya jadi jurnal aja ya!" seru Icha kepadaku. "Kan asyik Bude, ada sawah, pohon, orang, mobil, motor, banyak deh!" Ami menambahkan. "Oh, Ami dan Icha mau menulis jurnal perjalanan kita?" tanyaku kepada kedua homeschooler KerLiP ini. Ami dan Icha sempat memutuskan untuk 'bermain' di MI Al Hidayah Dago Barat dua minggu yang lalu. Hanya bertahan satu minggu. Ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi dari MI tersebut. Kami bersepakat dengan Kepala MI Al Hidayah untuk merintis Madrasah Siaga Bencana mulai dengan budaya hidup hijau di rumah dan sekolah. Rencananya tanggal 29 Desember, Pak Asep, Kepala MI Al Hidayah akan menemani Zamzam kampanyekan schoolbooks unwrapped di Sky FM. Masih dicari waktu yang pas untuk memulainya.
Alhamdulillah, rencana KerLiP untuk mulai bekerja secara profesional sudah dimulai sejak kami menerima tawaran kerjasama dari Oxfam dan mitra. Pada tahun pertama perintisan Pusat pendidikan Lingkungan Hidup dan Bencana ini kami akan menyiapkan model desa siaga bencana di Ciamis, Cianjur dan Garut. Khusus untuk Garut, kami mendapatkan dukungan dana dari Dikmas Ditjen PNFI Depdiknas dalam program KUM (Keaksaraan Usaha Mandiri) di daerah bencana.
Langganan:
Postingan (Atom)